Minggu, 12 April 2015

MAKALAH TOKOH ISLAM

Tidak ada komentar:
BAB I
PENDAHULUAN
A.     Latar Belakang
Sejarah perkembangan umat Islam mengalami masa kemajuan dan kemunduran. Pada abad ke 7 sampai 10 yang disebut dengan periodisasi klasik, yang dimana terdiri dari dua fase. Pada masa klasik daerah Islam meluas, tidak hanya itu masa klasik juga berkembang dan memuncak ilmu pengetahuan, baik dalam bidang agama sampai bidang non-agama, dan kebuyaan Islam. Periode inilah yang menghasilkan ulama-ulama besar, seperti Imam Malik, Imam Abu Hanifah dan Imam Syafi’i.
Abad ke 17 sampai 18 umat Islam mengalami kemunduran, faktor-faktor utama yang mempengaruhi kemunduran umat Islam salahsatunya yakni krisis keagamaan. Pada periode itu banyak yang mempertahankan pendapatnya sendiri, tanpa mau mendengarkan pendapat oranglain untuk kemajuannya sendiri sehingga menimbulkan taklid. Periode modern merupakan zaman kebangkitan umat Islam. Di periode modern inilah timbulnya ide-ide pembaharuan dalam Islam.
Dalam hal ini, penyusun akan membahas beberapa tokoh dalam pembaharuan Islam di beberapa negara, mulai dari biografinya sampai ciri khasnya dalam pemikiran di suatu bidang. Sehingga kita bisa lebih jauh lagi mengetahui sejarah dari tokoh tersebut.   
B.     Tujuan Penulisan
Tujuan disusunnya makalah ini adalah sebagai salah satu tugas individu mata kuliah AIKA IV di Universitas Muhammadiyah Tangerang, selain itu pembuatan makalah ini juga sebagai bahan pelatihan menulis karya ilmiah dan mengetahui lebih lanjut tentang toko-tokoh islam yang ada di dunia.
C.     Metode Penulisan
Dalam menulis makalah ini, penyusun menggunakan metode literature, mengumpulkan materi - materi dengan membaca buku – buku ataupun menjelajah di web (browsing) yang berkaitan dengan tokoh-tokoh pembaharuan Islam. Penyusun tidak menggunakan metode wawancara dengan narasumber, karena terbatasnya waktu yang diberikan.




D.     Sistematika Penulisan
Dalam penyusunan makalah ini, penyusun menggunakan metode secara sistematis yang terdiri dari 3 bab, dengan tujuan agar pembaca mudah memahami makalah ini. Yaitu yang mencakup :
BAB I        : PENDAHULUAN
Dalam bab ini penyusun menjelaskan beberapa aspek yang meliputi latar belakang pokok permasalahan, tujuan, metode penulisan, dan sistematika penulisan.
BAB II       : TOKOH-TOKOH PEMBAHARUAN ISLAM
Dalam bab ini penyusun memuat dan menjabarkan siapa saja yang menjadi tokoh-tokoh pembaharuan Islam, biografi mereka, peninggalan, serta pemikiran-pemikiran mereka dalam berbagai bidang.
BAB III     : PENUTUP
Bab ini merupakan bab terakhir yang mencakup kesimpulan dan saran terhadap makalah ini. Saran dari penyusun untuk makalah ini, pembaca maupun dosen mata kuliah.                  
 









BAB II
TOKOH-TOKOH PEMBAHARUAN ISLAM

A. TAQIYUDDIN IBNU TAIMIYAH
1.  Kelahiran dan Pendidikan
Taqiyuddin Abdul Abbas bin Abdul Halim bin Abdus bin Taimiyah al-Harrani al-Hanbaly atau yang lebih dikenal dengan Taqiyuddin ibnu Taimiyah atau ibnu Taimiyah. Beliau lahir pada tanggal 10 Rabiul Awal 661 Hijriyah, yang bertepatan dengan tanggal 22 Januari 1263 Miladiyah di kota Al-Harran, Siria. Ibnu Taimiyah lahir kurang lebih lima tahun kemudian setelah tentara Barbar dan Mongolia, yang dimana bangsa Mongol menaklukkan kota Bagdad, ibukota pusat kekuasaan dinasti Abbasyiah (Leopold Weiss: 22).
Pemahaman agama Ibnu Taimiyah pada awalnya diserap doktrin-doktrin mazhab Hanbali, yaitu suatu aliran dalam bidang syari’ah yang terkenal karena besarnya menaruh hadis setelah Al-Qur’an dalam menentukan hukum syara’. Pada awalnya Ibnu Taimiyah pertama kali belajar ilmu agama kepada ayahnya sendiri – Syihabuddin - . Kemudian dilanjutkan belajar kepada beberapa ulama terkenal salahsatunya Zainuddin al-Muqaddasyi.
Dalam usianya yang relatif masih belia – sekitar umur 21 tahun – Ibnu Taimiyah telah tumbuh dan berkembang sebagai seorang yang alim, cerdas, mempunyai wawasan dan pengertian yang mendalam tentang agama Islam. Beliau mampu menangkap getaran-getaran penyakit yang diidap oleh umat Islam pada umumnya sekaligus dengan penderitaan hidupnya.
Sikap dan pendirian Ibnu Taimiyah yangsangat gigh berprinsip pada ajaran tauhid yang bersih dan murni, jauh dari berbagai ragam syirik, khurafat, dan bid’ah dan disampaikan secara terus terang dan lugas kepada siapa saja terutama para penguasa merasa tersinggung.

2.  Karya-karya Ibnu Taimiyah
Ibnu Taimiyah digambarkan sebagai pemikir yang paling cemerlang dan konsisten, ahli dalam bidang ilmu hadis, ilmu bahasa, ilmu tafsir, ilmu kalam, serta ahli juga dalam bidang filsafat. Usaha reformatif Ibnu Taimiyah dan pencarian ilmu meliputi tema yang luas,yang dapat disimpulkan sebagai berikut :
1)      Membangkitkan keimanan dalam ketaatan terhadap tauhid (pengesaan Allah Swt)
2)      Memberantas kepercayaan Patheis dan budaya
3)      Kritik terhadap filsafat, pemikiran silogistik, dan berdebat dalam rangka menunjukkan superioritas Al-Qur’an dan As-Sunnah
4)      Memberantas anti Islam melalui penentangan terhadap Kristen dan Syi’ah
5)      Pembaharuan pemikiran Islam dan ilmu-ilmu yang berhubungan dengannya

Jumlah total karya Ibnu Taimiyah 621yang mana banyak hasil karyanya yang telah hilang.Kecermelangan pikiran Ibnu Taimiyah tercermin dalam beberapa bukunya seperti kitab “Minhajus Sunnah an-Nabawiyah fi naqdil kalam asy-Syi’ah wal Qadriyah. Di dalam kitab ini ia menjelaskan tentang ide-ide politik negara. Karyanya yang kedua yakni Sistem Politik Syari’ah merupakan karya yang sangat eksklusif mengenai pemikiran politik yang lebih rinci yang di dalamnya memuat juga fungsi-fungsi dari organisasi negara. Sedangkan karyanya yang ketiga adalah kitab ‘al-Hisbah fil Islam’ yang didalamnya menguraikan penggunaan prinsip menyerukan kebajikan mencegah kejahatan, terutama sekali dalam hubungannya dengan administrasi negara. Karya-karyanya yang lain diantaranya Radd ala al-Mantiqyyin Liman Baddala Din Al-Masih, al-Qiyas fi-Syari’il Islamy, al-Iqtidaus Shiratil Mustaqim, dan lain-lainnya.

3.  Pokok-pokok Ajaran Ibnu Taimiyah
Ibnu Taimiyah yang dikenal sebagai tokoh yang berhak menyandang gelar sebagai ‘mujtahid’ dalam berbagai tulisan atau pun dalam kuliah-kuliahnya dengan lantang menyerukan dan mengajak umat Islam di seluruh dunia untuk kembali berpegang teguh pada ajaran Al-Qur’anul Karim dan as-Sunnah as-Syarif dengan murni dan penuh tanggung jawab dalam menata seluruh aspek kehidupannya. Ia juga mkengajak umat Islam untuk membuang jauh-jauh berbagai praktek yang asing dan aneh dalam ajaran Islam. Kuliah-kuliahnya mencakup semua subjek di dalam pengetahuan Islam, namun semuanya mempunyai tema yang sama yakni menghidupkan kembali semangat Nabi beserta sahabat-sahabatnya sewaktu Islam masih murni dan belum dicemari oleh ide-ide asing dan bid’ah.
Bidang bid’ah ternyata merupakan bidang pembahasan yang paling menonjol dan dominan. Sebenarnya ajaran Ibnu Taimiyah yang paling pokok adalah dalam rangka mensucikan itikad (aqidah – keyakinan) umat Islam agar tidak berubah dan tidak menyimpang dari ajaran Al-Qur’an dan Sunnah Rasul. Ibnu Taimiyah adalah tokoh Mujadid, pembaharuan atau reformer dalam Islma yang pertama-tama di dunia yang dengan penuh semangat menyatakan bahwa pintu ijtihad tetap terbuka.  Ijtihad dalam ajaran agama Islam memegang perana yang sangat besar, karena hanya dengan prinsip inilah akan selalu menjadi dinamis, hidup dan maju serta tidak akan pernah ketinggalan zaman. Dengan prinsip ihtihad inilah yang memungkinkan perkembangan dan kemajuan yang berkesinambungan di dalam syari’ah.

4.  Tahun-tahun Terakhir Ibnu Taimiyah
Antara tahun 721 H/ 1321 M  dan 726/ 1326 M , Ibnu Taimiyah mendedikasikan  dirinya untuk mengajar di Madrasah Hambaliyah dan di Madrasah miliknya Qassassin dan merevisi karya awalnya. Pada tahun 726 H/1326 M, musuh-musuhnya kembali bekerja sama untuk memenjarakan beliau. Sekalipun demikian dengan dipenjarakan tubuh Inu Taimiyah, ikut terpenjara juga rohaninya. Beliau tetap meneruskan menulis tafsir Al-Qur’an dan juga risalah ilmiah yang beragam permasalahan. Dengan semangat yang tidak pernah kendor sehingga membuat pemerintah mengambil sikap lain untuk memojokkannya. Oleh sebab itu Ibnu Taimiyah dilarang menulis lagi, hal ini membuat Ibnu Taimiyah tersiksa yang akhirnya mengakibatkan Ibnu Taimiyah jatuh sakit dan tidak ada obat penyembuhnya. Sampai akhirnya beliau menutup usia pada Minggu-Senin malam tanggal 20 Dzulqaidah 782 H/1328 M di Damaskus dalam usia 67 tahun.
Saat penguburan Ibnu Taimiyah sebanyak 300.000 pria dan 15.000 wanita turut menghantarkan jenazahnya. Beliau dikuburkan di pemakaman Sofiyyah dimana ibunya juga dimakamkan.

B. Muhammad bin Abdul Wahab
1.  Riwayat Muhammad bin Abdul Wahab
Muhammad bin Abdul Wahab pendiri Gerakan Muwahidin adalah seorang ulama besar, yang dilahirkan di Uyainah. Ia dibesarkan dalam lingkungan kehidupan beragama yang ketat di bawah pengaruh mazhab Hanbali. Dilihat dari latar belakang kehidupannya dapat dipahami bahwa beliau ada kesamaan latar belakang dengan tokoh pendahulunya, Ibnu Taimiyah.
Beliau lahir pada tahun 1703 dengan nama lengkap Syeikh al-Islam  al-Imam Muhammad bin Abdul Wahab bin Sulaiman bin Ali bin Muhammad bin Ahmad bin Rasyid bin Barid bin Muhammad bin al-Masyarif at-Tamimi al-Hambali an-Najdi.
2.  Pendidikan dan Pengalamannya
Pendidikan beliau dimulai dari lingkungan keluarganya sendiri, dimana beliau belajar agama. Muhammad bin Abdul Wahab berkembang dan dibesarkan dikalangan keluarga terpelajar. Ayahnya adalah ketua jabatan agama setempat. Setelah mendapatkan banyak ilmu agama dari keluarganya, kemudian dilanjutkan belajar kepada beberapa ulama di kota Madinah. Selanjutnya ia berkelana untuk menimba ilmu ke berbagai kota, dari Basrah, Baghdad, Kurdistan, Hamazan, Isfahan, Qumm, dan Kairo. Setelah sekian puluh tahun beliau berkelana ke berbagai kota, Muhammad bin Abdul Wahab pulang kembali ke daerah asalnya, dengan satu tekat yang bulat, yaitu mengabdikan diri sepenuhnya untuk mengajarkan agama Islam sebagaimana yang dipahaminya.
3.       Pokok-Pokok Ajarannya
Gerakan Wahabi merupakan suatu gerakan pemurnian Islam yang pertama kali berdiri dalam rangka menyambut seruan dan ajakan Imam Taqiyuddin Ibnu Taimiyah. Gerakan ini memegang prinsip teguh, mereka ingin membuang segala bentuk kemusyrikan, khurafat, berbagai macam bid’ah dan taqlid.
Satu hal yang tidak kalah pentingnya, yang dijadikan tema pokok pembahasan dan perjuangannya adalah permasalahan tentang tauhid. Hal-hal yang berkisar di seputar masalah memurnikan tauhid inilah yang sangat ditekankan, anatar lain:
1.    Penyembahan selain Tuhan adalah perbuatan yang salah, dan apabila ada yang demikian akan dibunuh.
2.    Orang-orang yang mencari ampunan Tuhan dengan mengunjungi kuburan, termasuk orang-orang musyrik.
3.    Meberikan pengantar dalam shalat terhadap nama Nabi-nabi atau wali atau malaikat termasuk perbuatan musyrik.
4.    Termasuk kufur apabila memberikan ilmu tanpa didasari oleh dalil-dalin yang terdapat pada Al-Qur’an dan As-Sunnah.
5.    Termasuk kufur dan ilhad mengingkari “Qadar” dalam semua perbuatan.
6.    Dilarang memakai buah tasbih dalam mengucapkan nama Tuhan dan do’a-do’a cukup menghitungnya dengan keratan jari.
7.    Al-Qur’an dan As-Sunnah merupakan sumber syari’at Islam dalam soal halal dan haram, perkataan para ulama tentang haram dan halal tidak menjadi pegangan.
8.    Pintu Ijtihad terbuka dan siapapun juga boleh melakukan Ijtihad, selama sudah memenuhi syarat-syarat. (A.Hanafi, 1967:143)
Sifat gerakan Wahabi yang keras, lugas, dan sederhana benar-benar merupakan tenaga yang sanggup membangkitkan dan menggoncangkan kembali kesadarn kaum muslimin yang sedang lelap tidur dalam alam kegelapan. Sistem ajaran Muhammad bin Abdul Wahab yang hanya menekankan pada pengamalan agama persis seperti yang diajarkan oleh Nabi Muhammad s.a.w tanpa tambahan yang aneh-aneh dan asing yang sering disebut juga sebagai “Muhammadiyah.”

4.       Kematiannya
Muhammad bin Abdul Wahab telah menghabiskan waktunya selama 48 tahun lebih di Dar’iyah. Keseluruhan waktunya diisi dengan menulis, mengajar, berdakwah, dan berjihad dan mengabdi sebagai menteri penerangan di Kerajaan Saudi di Tanah Arab.
Allah SWT masih memanjangkan umurnya sampai pada usia 92 tahun, sehingga beliau masih dapat menyaksikan kejayaan dakwah dan kesetiaan para pendukungnya. Semua itu berkat pertolongan Allah dan berkat dakwah serta jihadnya yang gigih dan tidak kenal menyerah.
Kemudian dengan perasaan yang tenang, lega dan puas setelah melihat hasil kemenangan di seluruh Dar’iyah. Muhammad bin Abdul Wahab menghadap Tuhannya, beliau kembali ke rahmatullah pada tanggal 29 Syawal 1906 H, bersamaan dengan tahun 1793, dalam usia 92 tahun.

C.Muhammad Abduh
1.  Riwayat Hidup dan Pendidikan
Muhammad Abduh merupakan seorang pemikir muslim dari Mesir, dan salah satu penggagas pergerakan modernisme Islam. Beliau lahir pada tahun 1849 di Delta Nil (kini wilayahnya Mesir). Beliau belajar tentang filsafat dan logika di Universitas Al-Azhar, Kairo pada tahun 1876 dengan mendapat ijizah Alimiyyah. Ia juga murid dari Jamal al-Din al-Afghani atau Jamaluddin al-Afghani. Pada tahun 1877, al-Afghani datang ke Mesir, ia dikenal sebagai tokoh mujadid, mujahid, serta ulama Islam yang berwibawa. Kehadiran beliau dimanfaatkan oleh Muhammad Abduh untuk menemuinya. Pada pertemuan pertamanya itu, mereka berdiskusi tentang masalah ilmu tasawuf dan ilmu tafsir. Sejak saat itu, Muhammad Abduh selalu berada disamping Jamaluddin al-Afghani, dan Muhammad Abduh menjadikan beliau sebagai guru besarnya.
Pada awalnya mereka satu pemikiran dan strategi dalam mewujudkan kejayaan Islam dan kemuliaan Islam. Kemudian keduanya memiliki pandangan yang berbeda. Karena perbedaan sudut pandang inilah lahir kader-kader pembaharu yang menyebar ke seluruh penjuru dunia sebagai pelopor kemerdekaan.
Pada tahun 1882, Muhammad Abduh diusir oleh pemerintah Mesir karena dianggap ada hubungan dengan pemberontakan yang dipimpin oleh Ahmad ‘Arabi Pasya. Pertama beliau pergi ke Siria, dan dua tahun berikutnya beliau pergi ke Paris, mengikuti ajakan gurunya al-Afghani. Disana mereka mendirikan perhimpunan Islam dan menerbitkan majalah yang sama dengan nama perhimpunan mereka yakni “al-Urwatul Wutsqa.”
Majalah itu ditentang dan dilarang terbit oleh pemerintah Perancis, karena dianggap akan menggoyahkan politik penjajahannya. Oleh karena itu Muhammad Abduh dan al-Afghani meninggalkan Perancis dan mereka segera menuju ke kota Beirut melewati Tunisia.
Di Tunisia, Muhammad Abduh memullai babak perjuangan baru. Dahulu ia aktif dalam bidang politik, namun sekarang beliau mulai mengaktifkan diri dalam bidang sosial pendidikan. Lalu beliau diterima sebagai guru di Madrasah Sultaniyah. Pada tahun 1889, Muhammad Abduh kembali ke Mesir. Di tahun 1894 Muhammad Abduh diangkat sebagai anggota pimpinan tertinggi Universitas Al-Azhar. Beliaupun menjadi guru besar disana. Kesempatan itu digunakan sebaik-baiknya oleh Muhammad Abduh untuk melakukan perubahan-perubahan dalam kampus tersebut. Majalah yang beliau terbitkan ternyata mendapat respon yang baik dikalangan mahasiswa Al-Azhar maupun dari kalangan luar kampus. Tafsir Al-Qur’an dari hasil kuliah Muhammad Abduh yang dimuat dalam Al-Manar dianggap sudah cukup memadai. Akhirnya oleh Rasyid Ridha kemudian diterbitkan menjadi kitab tafsir. Namun sayang setelah tafsir Al-Manar ini baru terselesaikan sampai juz ke sepuluh telah keburu Muhammad Abduh wafat.
2.      Pemikiran Muhammad Abduh
1.      Bidang Ijtihad dan Taqlid
Penyebab yang membawa kemunduran umat Islam adal Alam Islamy adalah dikarenakan adanya kejumudan atau kebekuan berfikir di kalangan umat Islam taitu kebekuan dalam memahami ajaran Islam yang bersumber kepada Al-Qur’an dan Al Hadis. Muhammad Abduh sangat menekankan arti pentingnya ijtihad. Ajaran Islam telah menegaskan bahwa Islam diturunkan kepada umat manusia tidak lain kecuali untuk menyebarluaskan rahmat Allah ke seluruh alam semesta.

Meskipun Ijtihad merupakan jalan yang terbaik dan merupakan suatu keharusan juga untuk memberikan corak keislaman terhadap kejadian-kejadian masyarakat dalam lingkungan Islam, namun Ijtihad itu hanya boleh dilakukan oleh orang-orang yang mempunyai sifat-sifat keilmuan. Karena itu, Muhammad Abduh mensyaratkan kebolehan ijtihad dengan syarat tersebut baik untuk masanya maupun masa sesudahnya dan ia juga berhati-hati sekali dalam syarat ini, ketelitiannya tidak kalah dengan pendahulunya.
2.      Bidang Pendidikan
Seperti yang telah dijelaskan sebelumnya bahwa seketika Muhammad Abduh masuk ke Universitas Al-Azhar, maka tanpa menunggu terlalu lama beliau mulai melakukan berbagai pembaharuan terhadap perguruan tinggi Islam yang tertua ini, baik dalam bidang administrasi sampai peningkatan mutu kuliah. 
3.      Kematiannya
Muhammad Abduh wafat pada tanggal 11 Juli 1905 ketika karir beliau berada dipuncak. Beliau diangkat sebagai mufti kerajaan Mesir. Abduh meninggal pada usia yang relatif belum terlalu tua. Seluruh dunia meratapi akan kepergian ulama besar ini, bukan saja karena ikatan emosional sebagai sesama muslim, tetapi orang-orang yang non-muslim pun ikut meratapi kepergian Muhammad Abduh. Pembaharuan Abduh tidak hanya sekadar dalam masalah yang berhubungan langsung dengan pendidikan saja. Bahkan prasarana untuk mencapai ke arah itu juga disempurnakan. Berbagai macam ilmu pengetahuan yang selama ini dianak tirikan dimasukkan ke dalam kurikulum di Al-Azhar.

D.Jamaluddin Al-Afghani
1.     Riwayat Hidup dan Pendidikannya
Jamaludin al-Afghani dilahirkan pada tahun 1939 di As’ad Abad, Afghanistan. Ia berkebangsaan Afghanistan, oleh karena itu di belakang namanya dicantumkan nisbah negeri tersebut “Al-Afghani.” Ia dikenal sebagai reformer dalam dunia Islam, sekaligus sebagai seorang pejuang yang terus menerus mengobarkan api semangat menegakkan “kalimatulhaq” kepada siapapun, sampai kepada penguasa yang zalim.
Jamaludin Al-Afghani terkenal juga sebagai pengembara yang tangguh, bukan saja mengembara di negeri-negeri Islam melainkan ia melakukan pengembaraan ke negeri-negeri non muslim daratan Eropa. Pengembaraannya ke negeri non muslim untuk mengenalkan dan menjelaskan hakekat dinul Islam dan meluruskan pengertian dan persepsi yang keliru tentang ikhwal Islam. Sedangkan terhadap negara-negara Islam, beliau kembali mengobarkan semangat jihad menegakkan kebenaran dan keadilan serta mengobarkan semangat jihad melawan kaum penjajah.
Seperti tokoh-tokoh sebelumnya, Jamaludin Al-Afghani belajar agama pertama kali dari ayahnya sendiri yang bernama Sayid Shaffar, seorang pengusaha yang terkenal sekaligus sebagai seorang yang alim. Ia dididik oleh ayahnya tentang berbagai macam ilmu, seperti Bahasa Arab, Ilmu Fiqih dan Tauhid, Hadis, dan tafsir serta Akhlak dan Tasawuf.
Pada usia 16 tahun ia dikirim ke India untuk belajar pada ulama-ulama terkenal. Berbagai ilmu pengetahuan baik ilmu agam sampai ilmu filsafat ditekuninya dengan rajin. Ketika Jamaludin pulang ke Afghanistan segera ia menerjunkan diri ke kancah perjuangan politik. Karena pada saat beliau belajar di India, beliau melihat kekejaman Inggris terhadap anak jajahannya. Sehingga timbul sikap muak dan benci terhadap kaum penjajah tanpa kecuali.

E. Rasyid Ridha
Muhammad Rasyid bin Ali Ridha bin Syamsudin bin Baha’uddin Al-Qalmuni Al-Husaini yang dikenal sebagai Rasyid Ridha (1865-1935). Beliau merupakan seorang intelektual muslim dari Suriah yang menegmbangkan gagasan modernisme Islam yang awalnya digagas oleh Jamaluddin al-afghani dan Muhammad Abduh. Ridha mempelajari kelemahan-kelemahan masyarakat muslim saat itu, dibandingkan masyarakat kolonialis Barat, dan menyimpulkan bahwa kelemahan tersebut antara lain kecenderungan umat untuk mengikuti tradisi secara taklid. Ia berpendapat bahwa kelemahan ini dapat diatasi dengan kembali ke prinsip-prinsip dasar Islam dan melakukan ijtihad dalam menghadapi realita modern.
Dalam tulisannya ia banyak menyerang pemerintah absolut Turki Usmani, bahkan tak jarang juga ia terang-terangn menghantam politik Inggris dan Prancis yang telah membagi-bagi dunia Arab di bawah kekuasaan mereka.
Pokok-pokok pikiran pembaharuan Rasyid Ridha anatar lain sebagai berikut.
·      Paham umat Islam tentang agamany serta tingkah laku mereka banyak yang telah menyeleweng dari ajaran Islam yang suci murni.
·      Agar segera terwujud ksatuan dan persatuan umat Islam jangan didasari pada kesatuan bahasa atau bangsa, tetapi didasari atas kesatuan iman dan Islam.
·      Kaum wanita harus diikutsertakan dalam berbagai kegiatan kemasyarakatan.
·      Sebagian paham dan ajran kaum sufi dianggapnya memperlemah agama Islam karena mereka melalaikan tugas dan kewajibannya di dunia.
Untuk mewujudkan segala paham dan cita-cita kesatuan dan persatuan umat Islam ia berpendapat bahwa umat Islam perlu mempunyai suatu negara. Karena hanya dengan memiliki negara seperti itu umat Islam akan dapat menerpakan undang-undang dan hukum Allah secara konkret dan nyata.
Mulai tahun 1898 hingga wafat 1935, Ridha menerbitkan surat kabar yang bernama Al-Manar.
F.  Shah Waliullah
1.  Biografi
Shah Waliullah Muhaddith Dehlawi lahir pada tanggal 21 Februaru 1703 di Phulat, India. adalah seorang Islam sarjana dan pembaharu. Beliau dilahirkan pada masa pemerintahan Aurangzeb. Beliau bekerja untuk kebangkitan Islam aturan dan pembelajaran intelektual di Asia Selatan, selama waktu memudarnya kekuasaan Muslim. Beliau adalah keturunan dari Quraisy suku Arabi dan silsilahnya dapat ditelusuri ke khalifah kedua Islam, Umar di sisi pihak ayah. Ayahnya, Shah Abdur Rahim. Dia dijuluki sebagai ‘Shah Waliullah’ karena Waliullah berarti “sahabat Allah” dan dia adalah seorang individu yang shaleh.
2.    Pendidikan
Shah Waliullah menerima pendidikannya di Madrasah Rahimiyya. Ayahnya adalah guru dan pembimbing rohani. Beliau adalah seorang sastrawan, dengan memulai studinya di usia lima tahun dan menyelesaikan bacaan dan hafalan dari Al-Qur’an pada usia tujuh tahun. Setelah itu, ia memulai pelajaran dasar di Persia dan Arab, yang diselesaikan dalam setahun. Kemudia, ia mempelajari bahasa dan sintaks dari Persia dan Arab. Ia menyelesaikan studinya di filsafat dan teologi pada usia lima belas dan kemudian memulai studi ayahnya. Setelah itu, ia dilantik menjadi tradisi ba’yat oleh ayahnya dan pada usia tujuh belas tahun, ia diijinkan untuk memberikan bimbingan rohani untuk mereformasi sesama Muslim.
Pada kematian ayahnya saat ia hampir tujuh belas tahun, ia menjadi guru di Madrasah Rahimiyya. Dia memegang posisi selama dua belas tahun. Kemudian. Pada 1713, Shah Waliullah melakukan haji. Dia mencapai Mekah pada 21 Mei dan melakukan haji, setelah itu ia melanjutkan ke Madinah. Selain berhaji, beliau juga mempelajari Al-Muwatta Imam Malik. Dan kemudian ia diijinkan untuk mengajar semua kitab dari hadits oleh Syaikh Tajuddin. Setelah itu, Shah Waliullah kembali ke India. Perjalanan kembali ke India berlangsung enam bulan dan ia mencapai Delhi pada tanggal 1 Januari 1733.   
3.  Karya Sastra
Para penulis biografi Shah Waliullah di berbagai negara dengan karya yang diterbitkannya berada di atas lima puluh. Shah Waliullah itu seorang penulis yang produktif yang menulis secara ekstensif pada beberapa topik Islam. Karya sastranya sebagai berikut :
a)    Fathur Rahman fi Tarjumatul Al Qur’an: sebuah terjemahan dari Al Qur’an ke dalam bahasa Persia. Kumpulan dari 40 hadits yang singkat namun karakter inklusif.
b)   Al Faudhul Kabir fi Usoolut Tafsir. Sebuah buku kecil dalam bahasa Persia yang mengikuti terjemahan Persia tentang Al Qur’an.berisi inti sari Al Qur’an, aturan penafsiran, dan penafsiran Al Qur’an oleh berbagai ulama terkemuka.
c)    Hujjatullahil Baligha: karya sastra terbesar Shah Waliullah. Judulnya berasal dari Al Qur’an.
Daftar sebagian dari sisa karya-karyanya sebagai berikut :  
§  Arba'een (Arab): matul Ilmul isnad (Arab): Karya ini adalah tentang para ulama Hijaz yang mengajar Shah Waliullah.
§  Izalatul Khafa'an Khilafatul Khulafa (Persia): Buku ini di persia dan telah diterjemahkan dalam bahasa Urdu sebagai upaya well.It untuk membuktikan keandalan pemerintahan Islam dari Khulfa-e-Rasyidin (empat khalifah pertama Islam) dan juga menerangi yang penting fitur dari negara Islam 
§  Pada Tayyabul Naghm fi Madh-e-Sayyidul Arab wal Ajam (Arab): Kumpulan Odes memuji Muhammad, yang menampilkan bakat puitis Shah Waliullah dan kasih terhadap Muhammad.
§  Altaaful Quds (Persia): penawaran pekerjaan ini dengan prinsip esoteris mistisisme.
§  Al Imdad fi Ma'athirul Ajdaad (Persia): Sebuah brosur menguraikan tabel silsilah Shah Waliullah dan berisi pemberitahuan singkat tentang beberapa nenek moyangnya.
§  Al Intibah fi Salaasil ul Auliaullah (Persia): Sebuah buku yang menjelaskan sejarah dan pengenalan singkat pesanan berbagai mistik.
§  Insanul 'Ain fi Mashaaikhul Haramayn (Persia)
§  Al Insaf fi Bayaanul Asbabul Ikhtilaf (Arab). Buku ini membahas sektarianisme dalam Islam. Ini mengutuk perselisihan sektarian dalam masyarakat Islam dan mendukung pendekatan yang moderat dalam menghadapi isu-isu sektarian.
§  'Perilaku.
§  Bawaariqul Wilaaya (Persia): saluran ini merupakan bagian dari Arifeen Anfaasul, di mana Shah Waliullah menggambarkan kehidupan dan pencapaian spiritual ayahnya, Shah Abdur Rahim.
§  Tawillul Ahadith (Arab): Ini menceritakan kisah-kisah nabi yang berbeda disebutkan dalam Al Qur'an dalam rangka untuk menarik pelajaran dan aturan syariat dari uraian Al-Qur'an.
§  Tuhfatul Mu'ahhidin: Ini adalah saluran Persia menjelaskan akidah tauhid .
§  Taraajimul Abwaabul Bukhari (Arab): Ini menguraikan prinsip-prinsip yang akan ditemukan membantu dalam memahami bagian-bagian sulit tertentu dari Sahih al-Bukhari .
§  Al Juz ul Latif fi Tarjumata ul Abdul Dha'if (Persia)
§  Husnul Aqidah (Arab): Kredo fundamental Islam, seperti yang diterima oleh Ahlus Sunnah wal Jam'aat sekte, telah diuraikan dalam karya ini menurut Al-Qur'an dan hadits .
§  Al Khair ul Katsir (Arab): Ini bekerja pada filsafat agama memaparkan konsep ma'arifah dan hikmat nama ilahi, wahyu, dll
§  Iklan Duroos Thama'in fi Mubashshiratul Nabi'ul Amin (Arab): Sebuah koleksi kabar gembira bahwa Shah Waliullah dan nenek moyangnya yang diterima dari Muhammad.
§  Diwanul Ashar (Arab): Sebuah koleksi puisi Arab Shah Waliullah.
§  Risala: Pamflet ini ditulis sebagai jawaban terhadap isu-isu mistik tertentu yang diangkat oleh Syaikh Abdullah bin Abdul Baqi .
§  Risala Danishmandi (Persia): Sebuah saluran berharga yang berisi petunjuk rinci berkaitan dengan metodologi pengajaran.
§  Zahrawain: Sebuah komentar pada Al-Baqarah dan Al-i-Imran .
§  Sururul Mahzun (Persia): Sebuah terjemahan Persia ringkas dari Kitab Nurul Uyoonul Aminul Ma'mun, biografi terkenal Muhammad.
§  Sharhul Taraajimul Abwaabul Sahih Bukhari ul (Arab): Sebuah penjelasan pada bab-bab tertentu dari Sahih al-Bukhari .
§  Shifahul Quloob (Persia): Sebuah saluran pada mistisisme.
§  Shawaariqul Ma'arifah (Persia): Ini adalah biografi paman Shah Waliullah itu, Shaikh Abdul Raza.
§  Al Atiyyatus Samadiyya fi Anfaasul Muhammadiyya (Persia): Sebuah brosur kecil yang berisi sketsa biografis dari kakek Shah Waliullah itu, Syekh Muhammad Phulti.
§  Iqdul JID fi Aakhamul Ijtihad wat Tajdid (Arab)
§  Fathul Kabir (Arab): Glossary kata-kata rumit dari Al Qur'an.
§  Fathul Wadud lil Ma'arifatul Junood (Arab): Ini berkaitan dengan etika dan mistisisme.
§  Al Mubin Fadhlul fil musalsal min Hadithul Nabi'ul Amin (Arab)
§  Izalatul Akhfa: Penjelasan tentang Al-Qur'an
4.  4 Dasar Prinsip-prinsip Ekonomi
Shah Waliullah membahas empat prinsip dasar ekonomi, produksi kekayaan, konsumsi kekayaan, distribusi kekayaan dan pertukaran kekayaan. Seluruh bangsa berpartisipasi dalam produksi kekayaan, sehingga kekayaan harus didistribusikan ke seluruh bangsa. Beliau menetapkan prinsip untuk distribusi kekayaan diantara orang serta nilai suatu metode yang adil untuk konsumsi kekayaan. Sistem ekonomi akan berhasil dalam membangun prinsip-prinsip dari empat cabang.
1)   Prinsip pertama adalah bahwa orang yang hidup dalam batas-batas geografis tertentu memiliki hak atas sumber daya daerah itu. Bahwa sistem ekonomi dimana semua orang adalah sama menyatakan bahwa tidak ada orang atau kelas tertentu dapat mengontrol sumber daya secara sepihak.
2)   Prinsip kedua adalah setiap individu harus memiliki hak untuk kepemilikan properti pribadi terbatas karena kemampuan setiap individu adalah berbeda. Bukan berarti seluruh bangsa harus memiliki pakaian yang sama, amakn dan rumah.
3)   Prinsip ketiga adalah setiap latihan yang berkonsentrasi kekayaan di tangan tertentu tidak akan ditoleransi dan sistem akan menentangnya.
4)   Prinsip keempat adalah seperti keseimbanagn harus dijaga sehingga masyarakat dapat berkembang secara keseluruhan.
5.  Kematiannya
Pada tanggal 20 Agustus 1762, Shah Waliullah meninggal dan dimakamkan di pemakanam Munhadian, disamping makam ayahnya.

G.              Sayyid Amir Ali
1.  Riwayat Hidup
Sayyid Amir Ali berasal dari keluarga Syi’ah di zaman Nadir Syah (1736-1747) pindah dari Khurasan di Persia ke India. Sayyid Amir lahir pada tahun 1849, dan meninggal dalam usia 79 tahun pada tahun 1928. Pendidikannya ia peroleh di perguruan tinggi Muhsiniyya yang berada di dekat Kalkuta. Disinilah beliau belajar bahasa Arab. Selanjutnya beliau belajar bahasa Inggris dan kemudian juga sastra Inggris dan hukum Inggris.
2.  Jenjang Pendidikan
Seperti yang telah dijelaskan sebelumnya. Di tahun 1869 beliau pergi ke Inggris untuk meneruskan studi dan selesai di tahun 1873 dengan memperoleh kesarjanaan dalam bidang hukum dengan menerbitkan karyanya dengan judul A Critical Examination of the Life and Teaching of Mohammed, buku pertama yang merupakan interpretasi kaum modernis Muslim tentang Islam, yang menjadikannya terkenal baik di Barat maupun di Timur.
Selesai dari studi beliau kembali ke India dan pernah bekerja sebagai pegawai Pemerintah Inggris, pengacar, dan guru besar dalam hukum Islam. Yang membuat beliau lebih terkenal ialah aktivitasnya dalam bidang politik dan buku karangnnya The Spirit of Islam dan A Short of the Saracens.
3.  Karir Politik dan Pemerintahan
Di tahun 1877 beliau membentuk National Muhammaden Association yang merupakan wadah persatuan umat Islam India, dan tujuannya untuk membela kepentingan umat Islam dan untuk melatih mereka dalam bidang politik. Di tahun 1883 beliau diangkat menjadi salah satu dari ketiga anggota Dewan Raja Muda Inggris di India. Ia adalah satu-satunya anggota Islam dalam majelis itu.
Di tahun 1904 ia meninggalkan India dan menetap di London bersama istrinya yang berkebangsaan British asli. Pada tahun 1906 beliau diangkat menjadi anggota The Judicial Committe of the Privy Council di London, dan merupakan orang India pertama yang menduduki jabatan tersebut. Dia melihat pemerintah Inggris adalah suatu alternatif untuk menghindari pengaruh dan dominasi orang hindu setelah memperoleh kemerdekaan dari kerajaan Inggris. Setelah bermukim di London beliau mendirikan cabang Liga Musilim pada tahun 1906.
4.  Pandangan dan Pemikiran
a)    Ajaran tentang akhirat, dalam bukunya The Spirit of Islam dicetak pertama kali di tahun 1891, beliau menjelaskan tentang akhirat, bahwa bangsa yang pertama kali menimbulkan kepercayaan pada kehidupan akhirat adalah bangsa Mesir. Agama Yahudi pada mulanya tidak mengakui adanya hidup selain di dunia, namun dengan adanya perkembangan dalam ajaran-ajaran Yahudi yang timbul kemudian baru dijumpai adanya hidup yang kedua. Agama-agama yang datang sebelum Islam pada umumnya menggambarkan bahwa di hidup kedua itu manusia akan memperoleh upah dan balasan dalam bentuk jasmani dan bukan bentuk rohani.

Selanjutnya ia menjelaskan bahwa ajaran mengenai akhirat itu amat besar arti dan pengaruhnya dalam mendorong manusia untuk berbuat baik dan menjauhi perbuatan jahat. Lebih lanjut lagi ajaran ini membawa kepada peningkatan moral golongan awam, apabila ganjaran dan balasan di akhirat digambarkan dalam bentuk yang dapat ditangkap oleh panca indera.
b)   Dalam membahas soal perbudakan, Sayyid Amir Ali menerangkan bahwa sistem perbudakan sudah ada semenjak zaman purba dalam masyarakat manusia selurunya. Bangsa Yahudi, Yunani, Romawi, dan Jerman di masa lampau mengakui dan memakai sistem perbudakan. Agama Kristen, demikian ia selanjutnya menulis, tidak membawa ajaran untuk menghapus sistem perbudakan itu.

Islam, berlainan dengan agama-agama sebelumnya, datang dengan ajaran untuk membebaskan sistem perbudakan. Dosa-dosa tertentu dapat tditebus dengan memerdekakan budak. Budak harus diberi kesempatan untuk membeli kemerdekaanya dengan upah yang ia peroleh. Budak harus diperlakukan dengan baik dan tidak boleh diperbedakan dengan manusia lain. Oleh karena itu, dalam Islam, ada diantara budak-budak yang akhirnya menjadi perdana menteri.
c)    Kemunduran umat Islam, berpendapat bahwa sebabnya terletak pada keadaan umat Islam di zaman modern menganggap bahwa pintu ijtihad telah tertutup dan oleh karena itu mengadakan ijtihad tidak boleh lagi, bahkan merupakan dosa. Orang harus tunduk kepada pendapat ulama abad ke-9 Masehi, yang tidak dapat mengetahui kebutuhan abad ke-20. Perubahan kondisi yang dibawa perubahan zaman tidak dipentingkan. Pendapat ulama yang disusun pada beberapa abad yang lalu diyakini masih dapat dipakai untuk zaman moden sekarang.

Kemajuan ilmu pengetahuan ini dapat dicapai oleh umat Islam di zaman itu, karena mereka kuat berpegang pada ajaran nabi Muhammad dan beusaha keras untuk melaksanakannya.
d)   Dalam uraiannya mengenai pemikiran dan falsafat dalam Islam, Sayyid Amir Ali menjelaskan bahwa jiwa yang terdapat dalam al-Qur’an bukanlah jiwa fatalisme, tetapi jiwa kebebasan manusia dalam berbuat. Jiwa manusia bertanggungjawab atas perbuatannya. Nabi Muhammad, demikian ia menulis lebih lanjut, berkeyakinan bahwa manusia mempunyai kebebasan dalam menentukan kemauan.
e)    Selanjutnya ia menguraikan peranan yang dipegang golongan Muktazilah dalam perkembangan ilmu pengetahuan dan filsafat dalam Islam. Aliran Muktazilah untuk beberapa abad mempengaruhi pemikiran umat Islam. Didukung oleh raja-raja yang berpikiran luas, kaum Muktazilah membawa kemajuan ilmu pengetahuan dan filsafat dalam Islam. Melalui Mu’tazilah, rasionalisme Islam meluas ke seluruh masyarakat terpelajar yang ada di kerajaan Islam ketika itu bahkan sampai ke perguruan-perguruan yang letaknya sejauh Andalusia (Spanyol Islam). Kaum rasionalis Islam memberi ceramah-ceramah bukan di perguruan tinggi saja, tetapi juga di masjid-masjid. Mereka pula yang merupakan penasehat bagi kahlifah. Untuk menduduki jabatan menteri, gubernur, mahaguru, dan sebagainya kaum Muktazilah banyak dipakai. Melalui merekalah terjadinya perubahan umat Islam dari umat yang sederhana kebudayaanya menjadi umat yang tinggi peradabannya.

H.              Dr. Muhammad Iqbal
1.  Biografi
Terlahir dengan nama Muhammad Iqbal pada tanggal 9 Nopember 1877 di Sialkot, British India (sekarang berada di Pakistan). Beliau dikenal juga sebagai Allama Iqbal adalah seorang filsuf, penyair, dan politisi yang dipandang luas telah mengilhami Gerakan Pakistan. Ia dianggap sebagai salah satu tokoh yang penting dalam literatur Urdu, dengan karya sastra baik dalam bahasa Persia maupun bahasa Urdu.
Ayah beliau hanya seorang penjahit yang tidak berpendidikan formal tetapi religius. Iqbal Ibu Imam Bibi adalah wanita sopan dan rendah hati yang membantu orang miskin dan membantu memecahkan masalah tetangga. Beliau meninggal pada tanggal 9 Nopember 1914 di Sialkot. Muhammad Iqbal sangat mencintai ibunya, oleh karena itu saat kematian ibunya ia menuangkan perasaannya dalam sebuah puisi elegi.
Ketika Iqbal berusia empat tahun, ia dikirimkan ke masjid untuk mempelajari Al-Qur’an. Kemudian kepala Madrasah Sialkot menjadi gurunya. Beliau menerima Fakultas eni ijazah pada tahun 1895, dimana gurunya Hassan adalah guru besar bahasa Arab. Muhammad Iqbal sudah menikah tiga kali, dalam pernikahannya yang pertama beliau mulai belajar filsafat, sastra Inggris, Arab di Lahore kuliah pemerintahan. Beliau lulus dengan gelar Bachelor of Arts.
2.  Pendidikan dan Karya Muhammad Iqbal
Iqbal mengambil jabatan asisten guru di Pemerintah College, Lahore, ketika beliau kembali ke India. Namun untuk alasan keuangan beliau melepaskan itu dalam waktu setahun untuk praktik hukum. Sementara mempertahankan praktik hukumnya, Iqbal mulai berkonsentrasi di mata pelajaran spiritual dan keagamaan, dan menerbitkan puisi dan karya sastra. Pada tahun 1919, ia menjadi sekretaris jendral organisasi. Didasarkan pada agama sejak kecil, Iqbal mulai intens berkonsentrasi pada studi Islam, budaya dan sejarah peradabana Islam dan masa depan politiknya. Dalam bidang politik beliau aktif di Liga Muslim, beliau merupakan kritikus dari mainstream Nasional Kongres India, yang didominasi oleh agama Hindu dan pada tahun 1920 beliau kecewa Liga karena telah terserap fraksi yang membagi antara kelompok pro Inggris dan kelompok moderat.
Karya puitis Iqbal di Persia lebih utama daripada Urdu. Diantara 12000 ayat-ayat puisinya, sekitar 7000 ayat ini dalam bahasa Persia. Pada tahun 1915, beliau menerbitkan puisi pertama, Asrar-e-Khudi (Rahasia Diri) di Persia. Dalam puisi tersebut Iqbal menjelaskan filosofi “khudi” atau “Diri” penggunaan istilah itu identik dengan kata “Rooh.” Dalam karyanya “Petunjuk Sifat Tidak Mementingkan Diri,” Iqbal berusaha untuk membuktikan cara hidup Islam merupakan kode etik terbaik untuk kelangsungan hidup suatu negara. Karya Iqbal di tahun 1932, Javed Nama ditunjukkan untuk putranya. Karya beliau yang diterbitkan dalam bahasa Urdu yakni Bang-e-Dara pada tahun 1924, merupakan kumpulan puisi yang ditulis oleh beliau dalam tiga tahap yang berbeda dalam hidupnya.
Berikut ini karya-karya beliau dalam prosa buku seperti Ilm ul Iqtisad – 1903, sedangkan buku puitis dalam bahasa Persia seperti Asrar-e-Khudi di tahun 1915, Rumuz-e-Bekhudi di tahun 1917, Payam-e-Mashriq di tahun 1923, Zabur-e-Ajam tahun 1927, Javid Nama di tahun 1932, Pas Cheh Bayed Kard ai Aqwam-e-Sharq di tahun 1936, dan Armughan-e-Hijaz (Persia-Urdu) di tahun 1938. Sedangkan dalam bahasa Urdu seperti, Bang-e-Dara di tahun 1924, Bal-e-Jibril tahun 1935 dan Zarb-e-Kalim di tahun 1936. Bukunya dalam Bahasa Inggris seperti Perkembangan Metafisika di Persia tahun 1908 dan Rekontruksi Pemikiran Agama dalam Islam tahun 1930. 
3.  Kematiannya
Setelah kembali dari perjalanan ke Spanyol dan Afghanistan, Muhammad Iqbal mulai menderita penyakit tenggorokan misterius pada tahun 1933. Setelah menderita penyakit selama berbulan-bulan Iqbal meninggal pada tanggal 21 April 1938. Makamnya terletak di Hazuri Bagh, kebun tertutup antara pintu masuk masjid Badshahi dan Benteng Bahore, dan penjagaan resmi oleh Pemerintah Pakistan. Kelahiran beliau setiap tahun dirayakan, bahkan menjadi hari libur nasional di Pakistan.

I.    Sir Ahmad Khan
1.  Biografi dan Pendidikannya
Beliau merupakan tokoh pembaharu kedua di negeri India setelah Syah Waliyullah. Beliau juga dikenal sebagai tokoh yang mengembangkan dan menyempurnakan lebih jauh ide-ide Waliyullah. Beliau lahir pada tanggal 17 Oktober 1817 di Delhi. Keluarganya dikatakan telah bermigrasi dari Haerat pada zaman kaisar Akbar. Banyak generasi keluarganya sejak itu sangat berhubungan dengan pemerintahan Mughal. Ibu Kakeknya Khwaja Fariduddin menjabat sebagai wazir di istana Shah Akbar II. Ayah Sir Syaed Mir Muhammad Muttaqi secara pribadi dekat dengan Shah Akbar II dan menjabat sebagai penasihat pribadi. Ibunya memainkan peran formatif dalam hidup Sir Syed, membesarkannya dengan disiplin kaku dengan penekanan kuat pada pendidikan. Dia menerima pendidikan tradisional untuk kaum bangsawan Muslim di Delhi.   Sir Syed merintis pendidikan modern bagi komunitas Muslim India dengan mendirikan Muhammad Anglo-Oriental College, yang kemudian dikembangkan menjadi Universitas Muslim Aligarh.
Lahir menjadi bangswan Muslim, Sir Syed mendapatkan reputasi sebagai seorang sarjana terkemuka saat bekerja sebagai ahli hukum untuk British East India Company. Selama Pemberontakan India tahun 1857.
2.  Karir Serta Kematiannya
Reformasi sosial dalam masyarakat Islam telah dimulai oleh Abdul Latif. Beliau mendirikan “Masyarakat Sastra Islam” di Bengal. Ia menentang kebodohan, takhayul, dan kebiasaan jahat yang lazim di masyarakat Muslim. Dengan tegas beliau percaya bahwa masyarakat muslim tidak akan maju tanpa akuisis pendidikan barat dan ilmu pengetahuan. Setelah mengakui penurunan mantap dalam kekuasaan Mughal politik, Sir Syed memasuki British East India Company. Pada 1858, beliau diangkat ke pos tingkat tinggi di pengadilan di Muradabad, di mana beliau mulai bekerja yang paling terkenal di karya sastra.
Berkenalan dengan pejabat tinggi Inggris, Sir Syed diperoleh pengetahuan dekat tentang politik kolonial Inggris selama pelayanannya di sebuah pengadilan.pada pecahnya pemberontakan India, pada 10 Mei 1857, Sir Syed bertugas sebagai petugas penilaian kepala pengadilan di Bijnor. Sir Syed secara pribadi terpengaruh oleh kekerasan dan berakhirnya dinasti Mughal. Beliau dan Muslim lainnya menganggap hal ini sebagai kekalahan masyarakat muslim. Beliau kehilangan kerabat dekat beberapa yang meninggal dalam kekerasan. Meskipun beliau berhasil menyelamatkan ibunya dari kekacauan, Sir Syed meninggal di Meerut, karena adanya hak milik pribadi yang ia alami. Sepanjang hidupnya Syed Ahmad menemukan waktu untuk pencarian ilmu dan ilmiah. Ruang lingkup sastra dan karya ilmiahnya sangat luas: sejarah, politik, arkeologi, jurnalisme, sastra, agama, dan sains. Ruang lingkup tulisan utamanya memang luar biasa, sebagian terdaftar sebagai berikut :
Hukum Bekerja
a)    UU No. 10 (Stamp Act) 1862.
b)   UU No. 14 ( Batasan) Undang-Undang 1959-1864.
c)    UU No. 16 (Mengenai Pendaftaran Dokumen) – Allygurh 1864
Karya Agama
a)    Ahkam Ahl Tu’am-Kitab, Kanpur, 1868
b)   Al-Du’a wal Istajaba, Agra, 1892
c)    Al-Nazar Fi Ba’z Masa’il Imam Al-Ghazali di Agra
d)   Izalat ul-Rantai sebagai Zi’al Qamain, Agra, 1889
e)    Zila al-Qulub ba Zikr al-Mahbub, Delhi, 1843
f)    Dll.



















BAB III
PENUTUP
A.Kesimpulan
Dari penjelasan di atas mengenai sembilan tokoh pembaharuan Islam mulai dari biografi mereka hingga karya-karya mereka, dapat kita simpulkan bahwa tujuan mereka adalah untuk memurnikan kembali ajaran-ajaran Islam dan membawa Islam ke ajaran yang modern tetapi tetap sesuai dengan ajaran yang terkandung dalam Al Qur’an dan Hadits. Walaupun mereka dalam bidang yang berbeda-beda, tapi tujuan mereka tetap sama.
Dan paham yang mereka anut berbeda-beda tetapi tetap satu tujuan. Tidak mudah untuk membangun Islam kembali saat mengalami kemunduran di zaman itu, dengan kehadiran mereka, dengan pemikiran-pemikiran mereka Islam dapat bangkit dan berubah, murni lagi sesuai dengan ajaran Al Qur’an dan Hadits.
Oleh karena itu, dengan mengetahui biografi mereka, diharapkan kita dapat mengenang serta melanjutkan cita-cita mereka yang belum terwujud untuk umat Muslim di dunia.
B. Saran
penyusun menyarankan setelah membaca makalah ini, pembaca dapat mencontoh perilaku dan pemikiran dari para tokoh tersebut. Serta dapat menjadi penerus atau khalifah selanjutnya bagi seluruh umat muslim. Penyusun juga menyarankan kepada narasumber, agar memberikan lebih informasi tentang tokoh-tokoh diatas, agar tidak terjadi kesalahpahaman tentang biografi mereka.








DAFTAR PUSTAKA
Kamal Pasha, Mustafa. 2009. Muhammadiyah Sebagai Gerakan Islam. Yogyakarta: Pustaka SM.
www.wikipedia.com (diakses pada tanggal 30 Maret 2012)














TOKOH-TOKOH PEMBAHARUAN
DALAM ISLAM
Diajukan Untuk Memenuhi Persyaratan Mata Kuliah AIKA 4 Kelas A4
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH TANGERANG
 









Disusun Oleh:
Nama               : Ayustira Setiawati
NIM                : 10.88 – 203.145
Dosen              : Zulkifli, M.pd 
Semester/Prodi : 4/ Bahasa Inggris


UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH TANGERANG
Jl. Perintis Kemerdekaan I/33 Cikokol Tangerang

Telp. (021) 55736926
KATA PENGANTAR
Alhamdulillah penulis sampaikan kepada Allah SWT. yang telah memberikan begitu banyak rizki dan hidayah-Nya kepada kita semua. Shalawat serta salam selalu kita panjatkan kepada junjungan kita Nabi Muhammad SAW., sebagai Rahmatan lil alaminyang telah membawa umat manusia dari jalan kegelapan menuju kehidupan yang mendapat sinar ifahi.
Alhamdulillah malakah ini dapat diselesaikan semata-mata atas kehendak-Nya dan rahmat cinta kasih-Nya yang berlimpah. Rasa syukur kami atas kemurahn-Nya karena telah diberi kesempatan untuk menyelesaikan makalah ini.
Penyusun menyadari bahwa dalam penyusunan makalah ini masih banyak kekurangan, oleh sebab itu penyusun sangat mengharapkan kritik serta saran yang membangun. Dan semoga dengan selesainya makalah ini dapat bermanfaat bagi teman-teman. Amin ………

Tangerang,16 April 2012

(Penyusun)







i
 

DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR                                                                 ... i
DAFTAR ISI .................................................................................. ii
BAB I PENDAHULUAN
A.    Latar Belakang     ...................................................................................... 1
B.     Tujuan Penulisan                                                                                          1 
C.     Metodologi Penulisan      ........................................................................... 1
D.   Sistematika Penulisan................................................................................. 2

BAB II TOKOH-TOKOH PEMBAHARUAN ISLAM
A.     TAQIYUDDIN IBNU TAIMIYAH...................................................... 3 
B.     Muhammad bin Abdul Wahab     ............................................................ 5
C.     Muhammad Abduh .................................................................................. 7
D.    Jamaluddin Al-Afghani ........................................................................... 9
E.     Rasyid Ridha ........................................................................................... 10
F.      Shah Waliullah 11
G.    Sayyid Amir Ali                                                                                        14
H.    Dr. Muhammad Iqbal    ........................................................................... 17
I.       Sir Ahmad Khan........................................................................................... 18
BAB III PENUTUP
A.    Kesimpulan    ........................................................................................... 21
B.     Saran    ..................................................................................................... 21
ii
DAFTAR PUSTAKA ................................................................. 22

Tidak ada komentar:

Posting Komentar