BAB
I
PENDAHULUAN
A.
Latar
Belakang
Sejarah
perkembangan umat Islam mengalami masa kemajuan dan kemunduran. Pada abad ke 7 sampai
10 yang disebut dengan periodisasi klasik, yang dimana terdiri dari dua fase.
Pada masa klasik daerah Islam meluas, tidak hanya itu masa klasik juga
berkembang dan memuncak ilmu pengetahuan, baik dalam bidang agama sampai bidang
non-agama, dan kebuyaan Islam. Periode inilah yang menghasilkan ulama-ulama
besar, seperti Imam Malik, Imam Abu Hanifah dan Imam Syafi’i.
Abad
ke 17 sampai 18 umat Islam mengalami kemunduran, faktor-faktor utama yang
mempengaruhi kemunduran umat Islam salahsatunya yakni krisis keagamaan. Pada
periode itu banyak yang mempertahankan pendapatnya sendiri, tanpa mau
mendengarkan pendapat oranglain untuk kemajuannya sendiri sehingga menimbulkan
taklid. Periode modern merupakan zaman kebangkitan umat Islam. Di periode
modern inilah timbulnya ide-ide pembaharuan dalam Islam.
Dalam
hal ini, penyusun akan membahas beberapa tokoh dalam pembaharuan Islam di
beberapa negara, mulai dari biografinya sampai ciri khasnya dalam pemikiran di
suatu bidang. Sehingga kita bisa lebih jauh lagi mengetahui sejarah dari tokoh
tersebut.
B.
Tujuan
Penulisan
Tujuan
disusunnya makalah ini adalah sebagai salah satu tugas individu mata kuliah
AIKA IV di Universitas Muhammadiyah Tangerang, selain itu pembuatan makalah ini
juga sebagai bahan pelatihan menulis karya ilmiah dan mengetahui lebih lanjut
tentang toko-tokoh islam yang ada di dunia.
C.
Metode
Penulisan
Dalam
menulis makalah ini, penyusun menggunakan metode literature, mengumpulkan
materi - materi dengan membaca buku – buku ataupun menjelajah di web (browsing)
yang berkaitan dengan tokoh-tokoh pembaharuan Islam. Penyusun tidak menggunakan
metode wawancara dengan narasumber, karena terbatasnya waktu yang diberikan.
D.
Sistematika
Penulisan
Dalam penyusunan
makalah ini, penyusun menggunakan metode secara sistematis yang terdiri dari 3
bab, dengan tujuan agar pembaca mudah memahami makalah ini. Yaitu yang mencakup
:
BAB
I : PENDAHULUAN
Dalam
bab ini penyusun menjelaskan beberapa aspek yang meliputi latar belakang pokok
permasalahan, tujuan, metode penulisan, dan sistematika penulisan.
BAB
II : TOKOH-TOKOH PEMBAHARUAN ISLAM
Dalam
bab ini penyusun memuat dan menjabarkan siapa saja yang menjadi tokoh-tokoh
pembaharuan Islam, biografi mereka, peninggalan, serta pemikiran-pemikiran
mereka dalam berbagai bidang.
BAB
III : PENUTUP
Bab
ini merupakan bab terakhir yang mencakup kesimpulan dan saran terhadap makalah
ini. Saran dari penyusun untuk makalah ini, pembaca maupun dosen mata kuliah.
BAB II
TOKOH-TOKOH PEMBAHARUAN ISLAM
TOKOH-TOKOH PEMBAHARUAN ISLAM
A.
TAQIYUDDIN IBNU TAIMIYAH
1. Kelahiran
dan Pendidikan
Taqiyuddin
Abdul Abbas bin Abdul Halim bin Abdus bin Taimiyah al-Harrani al-Hanbaly atau
yang lebih dikenal dengan Taqiyuddin ibnu Taimiyah atau ibnu Taimiyah. Beliau
lahir pada tanggal 10 Rabiul Awal 661 Hijriyah, yang bertepatan dengan tanggal
22 Januari 1263 Miladiyah di kota Al-Harran, Siria. Ibnu Taimiyah lahir kurang
lebih lima tahun kemudian setelah tentara Barbar dan Mongolia, yang dimana
bangsa Mongol menaklukkan kota Bagdad, ibukota pusat kekuasaan dinasti
Abbasyiah (Leopold Weiss: 22).
Pemahaman
agama Ibnu Taimiyah pada awalnya diserap doktrin-doktrin mazhab Hanbali, yaitu
suatu aliran dalam bidang syari’ah yang terkenal karena besarnya menaruh hadis
setelah Al-Qur’an dalam menentukan hukum syara’. Pada awalnya Ibnu Taimiyah
pertama kali belajar ilmu agama kepada ayahnya sendiri – Syihabuddin - .
Kemudian dilanjutkan belajar kepada beberapa ulama terkenal salahsatunya
Zainuddin al-Muqaddasyi.
Dalam
usianya yang relatif masih belia – sekitar umur 21 tahun – Ibnu Taimiyah telah
tumbuh dan berkembang sebagai seorang yang alim, cerdas, mempunyai wawasan dan
pengertian yang mendalam tentang agama Islam. Beliau mampu menangkap
getaran-getaran penyakit yang diidap oleh umat Islam pada umumnya sekaligus
dengan penderitaan hidupnya.
Sikap
dan pendirian Ibnu Taimiyah yangsangat gigh berprinsip pada ajaran tauhid yang
bersih dan murni, jauh dari berbagai ragam syirik, khurafat, dan bid’ah dan
disampaikan secara terus terang dan lugas kepada siapa saja terutama para
penguasa merasa tersinggung.
2.
Karya-karya Ibnu
Taimiyah
Ibnu
Taimiyah digambarkan sebagai pemikir yang paling cemerlang dan konsisten, ahli
dalam bidang ilmu hadis, ilmu bahasa, ilmu tafsir, ilmu kalam, serta ahli juga
dalam bidang filsafat. Usaha reformatif Ibnu Taimiyah dan pencarian ilmu
meliputi tema yang luas,yang dapat disimpulkan sebagai berikut :
1)
Membangkitkan
keimanan dalam ketaatan terhadap tauhid (pengesaan Allah Swt)
2)
Memberantas
kepercayaan Patheis dan budaya
3)
Kritik terhadap
filsafat, pemikiran silogistik, dan berdebat dalam rangka menunjukkan
superioritas Al-Qur’an dan As-Sunnah
4)
Memberantas anti
Islam melalui penentangan terhadap Kristen dan Syi’ah
5)
Pembaharuan
pemikiran Islam dan ilmu-ilmu yang berhubungan dengannya
Jumlah
total karya Ibnu Taimiyah 621yang mana banyak hasil karyanya yang telah hilang.Kecermelangan
pikiran Ibnu Taimiyah tercermin dalam beberapa bukunya seperti kitab “Minhajus
Sunnah an-Nabawiyah fi naqdil kalam asy-Syi’ah wal Qadriyah. Di dalam kitab ini
ia menjelaskan tentang ide-ide politik negara. Karyanya yang kedua yakni Sistem
Politik Syari’ah merupakan karya yang sangat eksklusif mengenai pemikiran
politik yang lebih rinci yang di dalamnya memuat juga fungsi-fungsi dari
organisasi negara. Sedangkan karyanya yang ketiga adalah kitab ‘al-Hisbah fil
Islam’ yang didalamnya menguraikan penggunaan prinsip menyerukan kebajikan
mencegah kejahatan, terutama sekali dalam hubungannya dengan administrasi
negara. Karya-karyanya yang lain diantaranya Radd ala al-Mantiqyyin Liman
Baddala Din Al-Masih, al-Qiyas fi-Syari’il Islamy, al-Iqtidaus Shiratil
Mustaqim, dan lain-lainnya.
3.
Pokok-pokok
Ajaran Ibnu Taimiyah
Ibnu
Taimiyah yang dikenal sebagai tokoh yang berhak menyandang gelar sebagai
‘mujtahid’ dalam berbagai tulisan atau pun dalam kuliah-kuliahnya dengan
lantang menyerukan dan mengajak umat Islam di seluruh dunia untuk kembali
berpegang teguh pada ajaran Al-Qur’anul Karim dan as-Sunnah as-Syarif dengan
murni dan penuh tanggung jawab dalam menata seluruh aspek kehidupannya. Ia juga
mkengajak umat Islam untuk membuang jauh-jauh berbagai praktek yang asing dan
aneh dalam ajaran Islam. Kuliah-kuliahnya mencakup semua subjek di dalam
pengetahuan Islam, namun semuanya mempunyai tema yang sama yakni menghidupkan
kembali semangat Nabi beserta sahabat-sahabatnya sewaktu Islam masih murni dan
belum dicemari oleh ide-ide asing dan bid’ah.
Bidang
bid’ah ternyata merupakan bidang pembahasan yang paling menonjol dan dominan.
Sebenarnya ajaran Ibnu Taimiyah yang paling pokok adalah dalam rangka
mensucikan itikad (aqidah – keyakinan) umat Islam agar tidak berubah dan tidak
menyimpang dari ajaran Al-Qur’an dan Sunnah Rasul. Ibnu Taimiyah adalah tokoh
Mujadid, pembaharuan atau reformer dalam Islma yang pertama-tama di dunia yang
dengan penuh semangat menyatakan bahwa pintu ijtihad tetap terbuka. Ijtihad dalam ajaran agama Islam memegang
perana yang sangat besar, karena hanya dengan prinsip inilah akan selalu
menjadi dinamis, hidup dan maju serta tidak akan pernah ketinggalan zaman.
Dengan prinsip ihtihad inilah yang memungkinkan perkembangan dan kemajuan yang
berkesinambungan di dalam syari’ah.
4.
Tahun-tahun
Terakhir Ibnu Taimiyah
Antara
tahun 721 H/ 1321 M dan 726/ 1326 M ,
Ibnu Taimiyah mendedikasikan dirinya
untuk mengajar di Madrasah Hambaliyah dan di Madrasah miliknya Qassassin dan
merevisi karya awalnya. Pada tahun 726 H/1326 M, musuh-musuhnya kembali bekerja
sama untuk memenjarakan beliau. Sekalipun demikian dengan dipenjarakan tubuh
Inu Taimiyah, ikut terpenjara juga rohaninya. Beliau tetap meneruskan menulis
tafsir Al-Qur’an dan juga risalah ilmiah yang beragam permasalahan. Dengan
semangat yang tidak pernah kendor sehingga membuat pemerintah mengambil sikap
lain untuk memojokkannya. Oleh sebab itu Ibnu Taimiyah dilarang menulis lagi,
hal ini membuat Ibnu Taimiyah tersiksa yang akhirnya mengakibatkan Ibnu
Taimiyah jatuh sakit dan tidak ada obat penyembuhnya. Sampai akhirnya beliau
menutup usia pada Minggu-Senin malam tanggal 20 Dzulqaidah 782 H/1328 M di
Damaskus dalam usia 67 tahun.
Saat
penguburan Ibnu Taimiyah sebanyak 300.000 pria dan 15.000 wanita turut
menghantarkan jenazahnya. Beliau dikuburkan di pemakaman Sofiyyah dimana ibunya
juga dimakamkan.
B. Muhammad bin
Abdul Wahab
1. Riwayat
Muhammad bin Abdul Wahab
Muhammad
bin Abdul Wahab pendiri Gerakan Muwahidin adalah seorang ulama besar, yang
dilahirkan di Uyainah. Ia dibesarkan dalam lingkungan kehidupan beragama yang
ketat di bawah pengaruh mazhab Hanbali. Dilihat dari latar belakang
kehidupannya dapat dipahami bahwa beliau ada kesamaan latar belakang dengan
tokoh pendahulunya, Ibnu Taimiyah.
Beliau
lahir pada tahun 1703 dengan nama lengkap Syeikh al-Islam al-Imam Muhammad bin Abdul Wahab bin Sulaiman
bin Ali bin Muhammad bin Ahmad bin Rasyid bin Barid bin Muhammad bin
al-Masyarif at-Tamimi al-Hambali an-Najdi.
2. Pendidikan
dan Pengalamannya
Pendidikan
beliau dimulai dari lingkungan keluarganya sendiri, dimana beliau belajar
agama. Muhammad bin Abdul Wahab berkembang dan dibesarkan dikalangan keluarga
terpelajar. Ayahnya adalah ketua jabatan agama setempat. Setelah mendapatkan
banyak ilmu agama dari keluarganya, kemudian dilanjutkan belajar kepada
beberapa ulama di kota Madinah. Selanjutnya ia berkelana untuk menimba ilmu ke
berbagai kota, dari Basrah, Baghdad, Kurdistan, Hamazan, Isfahan, Qumm, dan
Kairo. Setelah sekian puluh tahun beliau berkelana ke berbagai kota, Muhammad
bin Abdul Wahab pulang kembali ke daerah asalnya, dengan satu tekat yang bulat,
yaitu mengabdikan diri sepenuhnya untuk mengajarkan agama Islam sebagaimana
yang dipahaminya.
3. Pokok-Pokok
Ajarannya
Gerakan
Wahabi merupakan suatu gerakan pemurnian Islam yang pertama kali berdiri dalam
rangka menyambut seruan dan ajakan Imam Taqiyuddin Ibnu Taimiyah. Gerakan ini
memegang prinsip teguh, mereka ingin membuang segala bentuk kemusyrikan,
khurafat, berbagai macam bid’ah dan taqlid.
Satu
hal yang tidak kalah pentingnya, yang dijadikan tema pokok pembahasan dan
perjuangannya adalah permasalahan tentang tauhid. Hal-hal yang berkisar di
seputar masalah memurnikan tauhid inilah yang sangat ditekankan, anatar lain:
1. Penyembahan
selain Tuhan adalah perbuatan yang salah, dan apabila ada yang demikian akan
dibunuh.
2. Orang-orang
yang mencari ampunan Tuhan dengan mengunjungi kuburan, termasuk orang-orang
musyrik.
3. Meberikan
pengantar dalam shalat terhadap nama Nabi-nabi atau wali atau malaikat termasuk
perbuatan musyrik.
4. Termasuk
kufur apabila memberikan ilmu tanpa didasari oleh dalil-dalin yang terdapat
pada Al-Qur’an dan As-Sunnah.
5. Termasuk
kufur dan ilhad mengingkari “Qadar” dalam semua perbuatan.
6. Dilarang
memakai buah tasbih dalam mengucapkan nama Tuhan dan do’a-do’a cukup
menghitungnya dengan keratan jari.
7. Al-Qur’an
dan As-Sunnah merupakan sumber syari’at Islam dalam soal halal dan haram,
perkataan para ulama tentang haram dan halal tidak menjadi pegangan.
8. Pintu
Ijtihad terbuka dan siapapun juga boleh melakukan Ijtihad, selama sudah
memenuhi syarat-syarat. (A.Hanafi, 1967:143)
Sifat
gerakan Wahabi yang keras, lugas, dan sederhana benar-benar merupakan tenaga
yang sanggup membangkitkan dan menggoncangkan kembali kesadarn kaum muslimin
yang sedang lelap tidur dalam alam kegelapan. Sistem ajaran Muhammad bin Abdul
Wahab yang hanya menekankan pada pengamalan agama persis seperti yang diajarkan
oleh Nabi Muhammad s.a.w tanpa tambahan yang aneh-aneh dan asing yang sering
disebut juga sebagai “Muhammadiyah.”
4. Kematiannya
Muhammad
bin Abdul Wahab telah menghabiskan waktunya selama 48 tahun lebih di Dar’iyah.
Keseluruhan waktunya diisi dengan menulis, mengajar, berdakwah, dan berjihad
dan mengabdi sebagai menteri penerangan di Kerajaan Saudi di Tanah Arab.
Allah
SWT masih memanjangkan umurnya sampai pada usia 92 tahun, sehingga beliau masih
dapat menyaksikan kejayaan dakwah dan kesetiaan para pendukungnya. Semua itu berkat
pertolongan Allah dan berkat dakwah serta jihadnya yang gigih dan tidak kenal
menyerah.
Kemudian
dengan perasaan yang tenang, lega dan puas setelah melihat hasil kemenangan di
seluruh Dar’iyah. Muhammad bin Abdul Wahab menghadap Tuhannya, beliau kembali
ke rahmatullah pada tanggal 29 Syawal 1906 H, bersamaan dengan tahun 1793,
dalam usia 92 tahun.
C.Muhammad Abduh
1. Riwayat
Hidup dan Pendidikan
Muhammad
Abduh merupakan seorang pemikir muslim dari Mesir, dan salah satu penggagas
pergerakan modernisme Islam. Beliau lahir pada tahun 1849 di Delta Nil (kini
wilayahnya Mesir). Beliau belajar tentang filsafat dan logika di Universitas
Al-Azhar, Kairo pada tahun 1876 dengan mendapat ijizah Alimiyyah. Ia juga murid
dari Jamal al-Din al-Afghani atau Jamaluddin al-Afghani. Pada tahun 1877,
al-Afghani datang ke Mesir, ia dikenal sebagai tokoh mujadid, mujahid, serta
ulama Islam yang berwibawa. Kehadiran beliau dimanfaatkan oleh Muhammad Abduh
untuk menemuinya. Pada pertemuan pertamanya itu, mereka berdiskusi tentang
masalah ilmu tasawuf dan ilmu tafsir. Sejak saat itu, Muhammad Abduh selalu
berada disamping Jamaluddin al-Afghani, dan Muhammad Abduh menjadikan beliau
sebagai guru besarnya.
Pada
awalnya mereka satu pemikiran dan strategi dalam mewujudkan kejayaan Islam dan
kemuliaan Islam. Kemudian keduanya memiliki pandangan yang berbeda. Karena
perbedaan sudut pandang inilah lahir kader-kader pembaharu yang menyebar ke
seluruh penjuru dunia sebagai pelopor kemerdekaan.
Pada
tahun 1882, Muhammad Abduh diusir oleh pemerintah Mesir karena dianggap ada
hubungan dengan pemberontakan yang dipimpin oleh Ahmad ‘Arabi Pasya. Pertama
beliau pergi ke Siria, dan dua tahun berikutnya beliau pergi ke Paris,
mengikuti ajakan gurunya al-Afghani. Disana mereka mendirikan perhimpunan Islam
dan menerbitkan majalah yang sama dengan nama perhimpunan mereka yakni
“al-Urwatul Wutsqa.”
Majalah
itu ditentang dan dilarang terbit oleh pemerintah Perancis, karena dianggap
akan menggoyahkan politik penjajahannya. Oleh karena itu Muhammad Abduh dan
al-Afghani meninggalkan Perancis dan mereka segera menuju ke kota Beirut
melewati Tunisia.
Di
Tunisia, Muhammad Abduh memullai babak perjuangan baru. Dahulu ia aktif dalam
bidang politik, namun sekarang beliau mulai mengaktifkan diri dalam bidang sosial
pendidikan. Lalu beliau diterima sebagai guru di Madrasah Sultaniyah. Pada
tahun 1889, Muhammad Abduh kembali ke Mesir. Di tahun 1894 Muhammad Abduh
diangkat sebagai anggota pimpinan tertinggi Universitas Al-Azhar. Beliaupun
menjadi guru besar disana. Kesempatan itu digunakan sebaik-baiknya oleh
Muhammad Abduh untuk melakukan perubahan-perubahan dalam kampus tersebut.
Majalah yang beliau terbitkan ternyata mendapat respon yang baik dikalangan
mahasiswa Al-Azhar maupun dari kalangan luar kampus. Tafsir Al-Qur’an dari
hasil kuliah Muhammad Abduh yang dimuat dalam Al-Manar dianggap sudah cukup
memadai. Akhirnya oleh Rasyid Ridha kemudian diterbitkan menjadi kitab tafsir.
Namun sayang setelah tafsir Al-Manar ini baru terselesaikan sampai juz ke
sepuluh telah keburu Muhammad Abduh wafat.
2. Pemikiran
Muhammad Abduh
1. Bidang
Ijtihad dan Taqlid
Penyebab yang membawa
kemunduran umat Islam adal Alam Islamy adalah dikarenakan adanya kejumudan atau
kebekuan berfikir di kalangan umat Islam taitu kebekuan dalam memahami ajaran
Islam yang bersumber kepada Al-Qur’an dan Al Hadis. Muhammad Abduh sangat menekankan
arti pentingnya ijtihad. Ajaran Islam telah menegaskan bahwa Islam diturunkan
kepada umat manusia tidak lain kecuali untuk menyebarluaskan rahmat Allah ke
seluruh alam semesta.
Meskipun Ijtihad
merupakan jalan yang terbaik dan merupakan suatu keharusan juga untuk
memberikan corak keislaman terhadap kejadian-kejadian masyarakat dalam
lingkungan Islam, namun Ijtihad itu hanya boleh dilakukan oleh orang-orang yang
mempunyai sifat-sifat keilmuan. Karena itu, Muhammad Abduh mensyaratkan
kebolehan ijtihad dengan syarat tersebut baik untuk masanya maupun masa
sesudahnya dan ia juga berhati-hati sekali dalam syarat ini, ketelitiannya
tidak kalah dengan pendahulunya.
2. Bidang
Pendidikan
Seperti yang telah
dijelaskan sebelumnya bahwa seketika Muhammad Abduh masuk ke Universitas
Al-Azhar, maka tanpa menunggu terlalu lama beliau mulai melakukan berbagai
pembaharuan terhadap perguruan tinggi Islam yang tertua ini, baik dalam bidang
administrasi sampai peningkatan mutu kuliah.
3. Kematiannya
Muhammad
Abduh wafat pada tanggal 11 Juli 1905 ketika karir beliau berada dipuncak.
Beliau diangkat sebagai mufti kerajaan Mesir. Abduh meninggal pada usia yang
relatif belum terlalu tua. Seluruh dunia meratapi akan kepergian ulama besar
ini, bukan saja karena ikatan emosional sebagai sesama muslim, tetapi
orang-orang yang non-muslim pun ikut meratapi kepergian Muhammad Abduh.
Pembaharuan Abduh tidak hanya sekadar dalam masalah yang berhubungan langsung
dengan pendidikan saja. Bahkan prasarana untuk mencapai ke arah itu juga
disempurnakan. Berbagai macam ilmu pengetahuan yang selama ini dianak tirikan
dimasukkan ke dalam kurikulum di Al-Azhar.
D.Jamaluddin Al-Afghani
1. Riwayat
Hidup dan Pendidikannya
Jamaludin
al-Afghani dilahirkan pada tahun 1939 di As’ad Abad, Afghanistan. Ia
berkebangsaan Afghanistan, oleh karena itu di belakang namanya dicantumkan
nisbah negeri tersebut “Al-Afghani.” Ia dikenal sebagai reformer dalam dunia
Islam, sekaligus sebagai seorang pejuang yang terus menerus mengobarkan api
semangat menegakkan “kalimatulhaq” kepada siapapun, sampai kepada penguasa yang
zalim.
Jamaludin
Al-Afghani terkenal juga sebagai pengembara yang tangguh, bukan saja mengembara
di negeri-negeri Islam melainkan ia melakukan pengembaraan ke negeri-negeri non
muslim daratan Eropa. Pengembaraannya ke negeri non muslim untuk mengenalkan
dan menjelaskan hakekat dinul Islam dan meluruskan pengertian dan persepsi yang
keliru tentang ikhwal Islam. Sedangkan terhadap negara-negara Islam, beliau
kembali mengobarkan semangat jihad menegakkan kebenaran dan keadilan serta
mengobarkan semangat jihad melawan kaum penjajah.
Seperti
tokoh-tokoh sebelumnya, Jamaludin Al-Afghani belajar agama pertama kali dari
ayahnya sendiri yang bernama Sayid Shaffar, seorang pengusaha yang terkenal
sekaligus sebagai seorang yang alim. Ia dididik oleh ayahnya tentang berbagai
macam ilmu, seperti Bahasa Arab, Ilmu Fiqih dan Tauhid, Hadis, dan tafsir serta
Akhlak dan Tasawuf.
Pada
usia 16 tahun ia dikirim ke India untuk belajar pada ulama-ulama terkenal.
Berbagai ilmu pengetahuan baik ilmu agam sampai ilmu filsafat ditekuninya
dengan rajin. Ketika Jamaludin pulang ke Afghanistan segera ia menerjunkan diri
ke kancah perjuangan politik. Karena pada saat beliau belajar di India, beliau
melihat kekejaman Inggris terhadap anak jajahannya. Sehingga timbul sikap muak
dan benci terhadap kaum penjajah tanpa kecuali.
E. Rasyid Ridha
Muhammad Rasyid bin Ali Ridha bin Syamsudin bin
Baha’uddin Al-Qalmuni Al-Husaini yang dikenal sebagai Rasyid Ridha (1865-1935).
Beliau merupakan seorang intelektual muslim dari Suriah yang menegmbangkan
gagasan modernisme Islam yang awalnya digagas oleh Jamaluddin al-afghani dan
Muhammad Abduh. Ridha mempelajari kelemahan-kelemahan masyarakat muslim saat
itu, dibandingkan masyarakat kolonialis Barat, dan menyimpulkan bahwa kelemahan
tersebut antara lain kecenderungan umat untuk mengikuti tradisi secara taklid.
Ia berpendapat bahwa kelemahan ini dapat diatasi dengan kembali ke
prinsip-prinsip dasar Islam dan melakukan ijtihad dalam menghadapi realita
modern.
Dalam tulisannya ia banyak menyerang pemerintah
absolut Turki Usmani, bahkan tak jarang juga ia terang-terangn menghantam
politik Inggris dan Prancis yang telah membagi-bagi dunia Arab di bawah
kekuasaan mereka.
Pokok-pokok
pikiran pembaharuan Rasyid Ridha anatar lain sebagai berikut.
·
Paham
umat Islam tentang agamany serta tingkah laku mereka banyak yang telah
menyeleweng dari ajaran Islam yang suci murni.
·
Agar
segera terwujud ksatuan dan persatuan umat Islam jangan didasari pada kesatuan
bahasa atau bangsa, tetapi didasari atas kesatuan iman dan Islam.
·
Kaum
wanita harus diikutsertakan dalam berbagai kegiatan kemasyarakatan.
·
Sebagian
paham dan ajran kaum sufi dianggapnya memperlemah agama Islam karena mereka
melalaikan tugas dan kewajibannya di dunia.
Untuk mewujudkan
segala paham dan cita-cita kesatuan dan persatuan umat Islam ia berpendapat
bahwa umat Islam perlu mempunyai suatu negara. Karena hanya dengan memiliki
negara seperti itu umat Islam akan dapat menerpakan undang-undang dan hukum
Allah secara konkret dan nyata.
Mulai tahun 1898
hingga wafat 1935, Ridha menerbitkan surat kabar yang bernama Al-Manar.
F. Shah Waliullah
1. Biografi
Shah Waliullah Muhaddith Dehlawi lahir pada tanggal
21 Februaru 1703 di Phulat, India. adalah seorang Islam sarjana dan pembaharu.
Beliau dilahirkan pada masa pemerintahan Aurangzeb. Beliau bekerja untuk
kebangkitan Islam aturan dan pembelajaran intelektual di Asia Selatan, selama
waktu memudarnya kekuasaan Muslim. Beliau adalah keturunan dari Quraisy suku
Arabi dan silsilahnya dapat ditelusuri ke khalifah kedua Islam, Umar di sisi
pihak ayah. Ayahnya, Shah Abdur Rahim. Dia dijuluki sebagai ‘Shah Waliullah’
karena Waliullah berarti “sahabat Allah” dan dia adalah seorang individu yang
shaleh.
2.
Pendidikan
Shah Waliullah menerima pendidikannya di Madrasah
Rahimiyya. Ayahnya adalah guru dan pembimbing rohani. Beliau adalah seorang
sastrawan, dengan memulai studinya di usia lima tahun dan menyelesaikan bacaan
dan hafalan dari Al-Qur’an pada usia tujuh tahun. Setelah itu, ia memulai
pelajaran dasar di Persia dan Arab, yang diselesaikan dalam setahun. Kemudia,
ia mempelajari bahasa dan sintaks dari Persia dan Arab. Ia menyelesaikan
studinya di filsafat dan teologi pada usia lima belas dan kemudian memulai
studi ayahnya. Setelah itu, ia dilantik menjadi tradisi ba’yat oleh ayahnya dan
pada usia tujuh belas tahun, ia diijinkan untuk memberikan bimbingan rohani
untuk mereformasi sesama Muslim.
Pada kematian ayahnya saat ia hampir tujuh belas
tahun, ia menjadi guru di Madrasah Rahimiyya. Dia memegang posisi selama dua
belas tahun. Kemudian. Pada 1713, Shah Waliullah melakukan haji. Dia mencapai
Mekah pada 21 Mei dan melakukan haji, setelah itu ia melanjutkan ke Madinah.
Selain berhaji, beliau juga mempelajari Al-Muwatta Imam Malik. Dan kemudian ia
diijinkan untuk mengajar semua kitab dari hadits oleh Syaikh Tajuddin. Setelah
itu, Shah Waliullah kembali ke India. Perjalanan kembali ke India berlangsung
enam bulan dan ia mencapai Delhi pada tanggal 1 Januari 1733.
3. Karya
Sastra
Para penulis biografi Shah Waliullah di berbagai
negara dengan karya yang diterbitkannya berada di atas lima puluh. Shah
Waliullah itu seorang penulis yang produktif yang menulis secara ekstensif pada
beberapa topik Islam. Karya sastranya sebagai berikut :
a)
Fathur
Rahman fi Tarjumatul Al Qur’an: sebuah terjemahan dari Al Qur’an ke dalam
bahasa Persia. Kumpulan dari 40 hadits yang singkat namun karakter inklusif.
b)
Al
Faudhul Kabir fi Usoolut Tafsir. Sebuah buku kecil dalam bahasa Persia yang
mengikuti terjemahan Persia tentang Al Qur’an.berisi inti sari Al Qur’an,
aturan penafsiran, dan penafsiran Al Qur’an oleh berbagai ulama terkemuka.
c)
Hujjatullahil
Baligha: karya sastra terbesar Shah Waliullah. Judulnya berasal dari Al Qur’an.
Daftar sebagian
dari sisa karya-karyanya sebagai berikut :
§
Arba'een (Arab): matul Ilmul isnad (Arab):
Karya ini adalah tentang para ulama Hijaz yang mengajar Shah Waliullah.
§ Izalatul Khafa'an Khilafatul Khulafa (Persia): Buku ini di persia dan telah diterjemahkan dalam bahasa
Urdu sebagai upaya well.It untuk membuktikan keandalan pemerintahan Islam dari
Khulfa-e-Rasyidin (empat khalifah pertama Islam) dan juga menerangi yang
penting fitur dari negara Islam
§
Pada
Tayyabul Naghm fi Madh-e-Sayyidul Arab wal Ajam (Arab): Kumpulan Odes memuji Muhammad, yang menampilkan bakat
puitis Shah Waliullah dan kasih terhadap Muhammad.
§
Altaaful
Quds (Persia): penawaran pekerjaan ini dengan prinsip esoteris
mistisisme.
§
Al
Imdad fi Ma'athirul Ajdaad (Persia): Sebuah brosur
menguraikan tabel silsilah Shah Waliullah dan berisi pemberitahuan singkat
tentang beberapa nenek moyangnya.
§
Al
Intibah fi Salaasil ul Auliaullah (Persia): Sebuah buku
yang menjelaskan sejarah dan pengenalan singkat pesanan berbagai mistik.
§
Insanul
'Ain fi Mashaaikhul Haramayn (Persia)
§
Al
Insaf fi Bayaanul Asbabul Ikhtilaf (Arab). Buku ini membahas sektarianisme dalam
Islam. Ini mengutuk perselisihan
sektarian dalam masyarakat Islam dan mendukung pendekatan yang moderat dalam
menghadapi isu-isu sektarian.
§
'Perilaku.
§
Bawaariqul
Wilaaya (Persia): saluran ini merupakan bagian dari Arifeen Anfaasul, di mana Shah Waliullah menggambarkan
kehidupan dan pencapaian spiritual ayahnya, Shah Abdur Rahim.
§
Tawillul
Ahadith (Arab): Ini menceritakan kisah-kisah nabi yang berbeda disebutkan
dalam Al Qur'an dalam rangka untuk menarik pelajaran dan aturan syariat dari uraian Al-Qur'an.
§ Taraajimul Abwaabul Bukhari (Arab): Ini menguraikan prinsip-prinsip yang akan ditemukan
membantu dalam memahami bagian-bagian sulit tertentu dari Sahih al-Bukhari .
§
Al
Juz ul Latif fi Tarjumata ul Abdul Dha'if (Persia)
§
Husnul
Aqidah (Arab): Kredo fundamental Islam, seperti yang diterima oleh Ahlus Sunnah wal Jam'aat sekte, telah diuraikan dalam karya ini menurut Al-Qur'an dan hadits .
§
Al
Khair ul Katsir (Arab): Ini bekerja
pada filsafat agama memaparkan konsep ma'arifah dan hikmat nama ilahi, wahyu, dll
§
Iklan
Duroos Thama'in fi Mubashshiratul Nabi'ul Amin (Arab): Sebuah koleksi kabar gembira bahwa Shah Waliullah dan
nenek moyangnya yang diterima dari Muhammad.
§
Diwanul
Ashar (Arab): Sebuah koleksi puisi Arab Shah Waliullah.
§
Risala: Pamflet ini ditulis sebagai jawaban terhadap isu-isu mistik
tertentu yang diangkat oleh Syaikh Abdullah bin Abdul Baqi .
§
Risala
Danishmandi (Persia): Sebuah saluran berharga yang berisi petunjuk rinci
berkaitan dengan metodologi pengajaran.
§
Sururul
Mahzun (Persia): Sebuah terjemahan Persia ringkas dari Kitab Nurul Uyoonul Aminul Ma'mun, biografi terkenal Muhammad.
§
Sharhul
Taraajimul Abwaabul Sahih Bukhari ul (Arab): Sebuah penjelasan pada bab-bab tertentu dari Sahih al-Bukhari .
§
Shifahul
Quloob (Persia): Sebuah saluran pada mistisisme.
§
Shawaariqul
Ma'arifah (Persia): Ini adalah biografi paman Shah Waliullah itu, Shaikh
Abdul Raza.
§
Al
Atiyyatus Samadiyya fi Anfaasul Muhammadiyya (Persia): Sebuah brosur kecil yang berisi sketsa biografis dari
kakek Shah Waliullah itu, Syekh Muhammad Phulti.
§
Iqdul
JID fi Aakhamul Ijtihad wat Tajdid (Arab)
§
Fathul
Kabir (Arab): Glossary kata-kata rumit dari Al Qur'an.
§
Fathul
Wadud lil Ma'arifatul Junood (Arab): Ini berkaitan
dengan etika dan mistisisme.
§
Al
Mubin Fadhlul fil musalsal min Hadithul Nabi'ul Amin (Arab)
§
Izalatul
Akhfa: Penjelasan tentang Al-Qur'an
4. 4 Dasar
Prinsip-prinsip Ekonomi
Shah Waliullah membahas
empat prinsip dasar ekonomi, produksi kekayaan, konsumsi kekayaan, distribusi
kekayaan dan pertukaran kekayaan. Seluruh bangsa berpartisipasi dalam produksi
kekayaan, sehingga kekayaan harus didistribusikan ke seluruh bangsa. Beliau menetapkan
prinsip untuk distribusi kekayaan diantara orang serta nilai suatu metode yang
adil untuk konsumsi kekayaan. Sistem ekonomi akan berhasil dalam membangun
prinsip-prinsip dari empat cabang.
1) Prinsip pertama adalah bahwa orang yang hidup dalam batas-batas
geografis tertentu memiliki hak atas sumber daya daerah itu. Bahwa sistem
ekonomi dimana semua orang adalah sama menyatakan bahwa tidak ada orang atau
kelas tertentu dapat mengontrol sumber daya secara sepihak.
2) Prinsip kedua adalah setiap individu harus memiliki hak untuk
kepemilikan properti pribadi terbatas karena kemampuan setiap individu adalah
berbeda. Bukan berarti seluruh bangsa harus memiliki pakaian yang sama, amakn
dan rumah.
3) Prinsip ketiga adalah setiap latihan yang berkonsentrasi kekayaan
di tangan tertentu tidak akan ditoleransi dan sistem akan menentangnya.
4) Prinsip keempat adalah seperti keseimbanagn harus dijaga sehingga
masyarakat dapat berkembang secara keseluruhan.
5. Kematiannya
Pada tanggal 20 Agustus
1762, Shah Waliullah meninggal dan dimakamkan di pemakanam Munhadian, disamping
makam ayahnya.
G.
Sayyid
Amir Ali
1. Riwayat
Hidup
Sayyid Amir Ali berasal dari keluarga Syi’ah di
zaman Nadir Syah (1736-1747) pindah dari Khurasan di Persia ke India. Sayyid
Amir lahir pada tahun 1849, dan meninggal dalam usia 79 tahun pada tahun 1928.
Pendidikannya ia peroleh di perguruan tinggi Muhsiniyya yang berada di dekat
Kalkuta. Disinilah beliau belajar bahasa Arab. Selanjutnya beliau belajar
bahasa Inggris dan kemudian juga sastra Inggris dan hukum Inggris.
2. Jenjang
Pendidikan
Seperti yang telah dijelaskan sebelumnya. Di tahun
1869 beliau pergi ke Inggris untuk meneruskan studi dan selesai di tahun 1873
dengan memperoleh kesarjanaan dalam bidang hukum dengan menerbitkan karyanya
dengan judul A Critical Examination of the Life and Teaching of Mohammed, buku
pertama yang merupakan interpretasi kaum modernis Muslim tentang Islam, yang
menjadikannya terkenal baik di Barat maupun di Timur.
Selesai dari studi beliau kembali ke India dan
pernah bekerja sebagai pegawai Pemerintah Inggris, pengacar, dan guru besar
dalam hukum Islam. Yang membuat beliau lebih terkenal ialah aktivitasnya dalam
bidang politik dan buku karangnnya The Spirit of Islam dan A Short of the
Saracens.
3. Karir
Politik dan Pemerintahan
Di tahun 1877 beliau membentuk National Muhammaden
Association yang merupakan wadah persatuan umat Islam India, dan tujuannya
untuk membela kepentingan umat Islam dan untuk melatih mereka dalam bidang
politik. Di tahun 1883 beliau diangkat menjadi salah satu dari ketiga anggota
Dewan Raja Muda Inggris di India. Ia adalah satu-satunya anggota Islam dalam
majelis itu.
Di tahun 1904 ia meninggalkan India dan menetap di
London bersama istrinya yang berkebangsaan British asli. Pada tahun 1906 beliau
diangkat menjadi anggota The Judicial Committe of the Privy Council di London,
dan merupakan orang India pertama yang menduduki jabatan tersebut. Dia melihat
pemerintah Inggris adalah suatu alternatif untuk menghindari pengaruh dan dominasi
orang hindu setelah memperoleh kemerdekaan dari kerajaan Inggris. Setelah
bermukim di London beliau mendirikan cabang Liga Musilim pada tahun 1906.
4. Pandangan
dan Pemikiran
a)
Ajaran
tentang akhirat, dalam bukunya The Spirit of Islam dicetak pertama kali di
tahun 1891, beliau menjelaskan tentang akhirat, bahwa bangsa yang pertama kali
menimbulkan kepercayaan pada kehidupan akhirat adalah bangsa Mesir. Agama
Yahudi pada mulanya tidak mengakui adanya hidup selain di dunia, namun dengan
adanya perkembangan dalam ajaran-ajaran Yahudi yang timbul kemudian baru
dijumpai adanya hidup yang kedua. Agama-agama yang datang sebelum Islam pada
umumnya menggambarkan bahwa di hidup kedua itu manusia akan memperoleh upah dan
balasan dalam bentuk jasmani dan bukan bentuk rohani.
Selanjutnya
ia menjelaskan bahwa ajaran mengenai akhirat itu amat besar arti dan
pengaruhnya dalam mendorong manusia untuk berbuat baik dan menjauhi perbuatan
jahat. Lebih lanjut lagi ajaran ini membawa kepada peningkatan moral golongan
awam, apabila ganjaran dan balasan di akhirat digambarkan dalam bentuk yang
dapat ditangkap oleh panca indera.
b)
Dalam
membahas soal perbudakan, Sayyid Amir Ali menerangkan bahwa sistem perbudakan
sudah ada semenjak zaman purba dalam masyarakat manusia selurunya. Bangsa
Yahudi, Yunani, Romawi, dan Jerman di masa lampau mengakui dan memakai sistem
perbudakan. Agama Kristen, demikian ia selanjutnya menulis, tidak membawa
ajaran untuk menghapus sistem perbudakan itu.
Islam,
berlainan dengan agama-agama sebelumnya, datang dengan ajaran untuk membebaskan
sistem perbudakan. Dosa-dosa tertentu dapat tditebus dengan memerdekakan budak.
Budak harus diberi kesempatan untuk membeli kemerdekaanya dengan upah yang ia
peroleh. Budak harus diperlakukan dengan baik dan tidak boleh diperbedakan
dengan manusia lain. Oleh karena itu, dalam Islam, ada diantara budak-budak
yang akhirnya menjadi perdana menteri.
c)
Kemunduran
umat Islam, berpendapat bahwa sebabnya terletak pada keadaan umat Islam di
zaman modern menganggap bahwa pintu ijtihad telah tertutup dan oleh karena itu
mengadakan ijtihad tidak boleh lagi, bahkan merupakan dosa. Orang harus tunduk
kepada pendapat ulama abad ke-9 Masehi, yang tidak dapat mengetahui kebutuhan
abad ke-20. Perubahan kondisi yang dibawa perubahan zaman tidak dipentingkan.
Pendapat ulama yang disusun pada beberapa abad yang lalu diyakini masih dapat
dipakai untuk zaman moden sekarang.
Kemajuan
ilmu pengetahuan ini dapat dicapai oleh umat Islam di zaman itu, karena mereka
kuat berpegang pada ajaran nabi Muhammad dan beusaha keras untuk
melaksanakannya.
d)
Dalam
uraiannya mengenai pemikiran dan falsafat dalam Islam, Sayyid Amir Ali
menjelaskan bahwa jiwa yang terdapat dalam al-Qur’an bukanlah jiwa fatalisme,
tetapi jiwa kebebasan manusia dalam berbuat. Jiwa manusia bertanggungjawab atas
perbuatannya. Nabi Muhammad, demikian ia menulis lebih lanjut, berkeyakinan
bahwa manusia mempunyai kebebasan dalam menentukan kemauan.
e)
Selanjutnya
ia menguraikan peranan yang dipegang golongan Muktazilah dalam perkembangan
ilmu pengetahuan dan filsafat dalam Islam. Aliran Muktazilah untuk beberapa
abad mempengaruhi pemikiran umat Islam. Didukung oleh raja-raja yang berpikiran
luas, kaum Muktazilah membawa kemajuan ilmu pengetahuan dan filsafat dalam
Islam. Melalui Mu’tazilah, rasionalisme Islam meluas ke seluruh masyarakat
terpelajar yang ada di kerajaan Islam ketika itu bahkan sampai ke
perguruan-perguruan yang letaknya sejauh Andalusia (Spanyol Islam). Kaum
rasionalis Islam memberi ceramah-ceramah bukan di perguruan tinggi saja, tetapi
juga di masjid-masjid. Mereka pula yang merupakan penasehat bagi kahlifah.
Untuk menduduki jabatan menteri, gubernur, mahaguru, dan sebagainya kaum
Muktazilah banyak dipakai. Melalui merekalah terjadinya perubahan umat Islam
dari umat yang sederhana kebudayaanya menjadi umat yang tinggi peradabannya.
H.
Dr.
Muhammad Iqbal
1. Biografi
Terlahir
dengan nama Muhammad Iqbal pada tanggal 9 Nopember 1877 di Sialkot, British
India (sekarang berada di Pakistan). Beliau dikenal juga sebagai Allama Iqbal
adalah seorang filsuf, penyair, dan politisi yang dipandang luas telah
mengilhami Gerakan Pakistan. Ia dianggap sebagai salah satu tokoh yang penting
dalam literatur Urdu, dengan karya sastra baik dalam bahasa Persia maupun
bahasa Urdu.
Ayah
beliau hanya seorang penjahit yang tidak berpendidikan formal tetapi religius.
Iqbal Ibu Imam Bibi adalah wanita sopan dan rendah hati yang membantu orang
miskin dan membantu memecahkan masalah tetangga. Beliau meninggal pada tanggal
9 Nopember 1914 di Sialkot. Muhammad Iqbal sangat mencintai ibunya, oleh karena
itu saat kematian ibunya ia menuangkan perasaannya dalam sebuah puisi elegi.
Ketika
Iqbal berusia empat tahun, ia dikirimkan ke masjid untuk mempelajari Al-Qur’an.
Kemudian kepala Madrasah Sialkot menjadi gurunya. Beliau menerima Fakultas eni
ijazah pada tahun 1895, dimana gurunya Hassan adalah guru besar bahasa Arab. Muhammad
Iqbal sudah menikah tiga kali, dalam pernikahannya yang pertama beliau mulai
belajar filsafat, sastra Inggris, Arab di Lahore kuliah pemerintahan. Beliau
lulus dengan gelar Bachelor of Arts.
2. Pendidikan
dan Karya Muhammad Iqbal
Iqbal
mengambil jabatan asisten guru di Pemerintah College, Lahore, ketika beliau
kembali ke India. Namun untuk alasan keuangan beliau melepaskan itu dalam waktu
setahun untuk praktik hukum. Sementara mempertahankan praktik hukumnya, Iqbal
mulai berkonsentrasi di mata pelajaran spiritual dan keagamaan, dan menerbitkan
puisi dan karya sastra. Pada tahun 1919, ia menjadi sekretaris jendral
organisasi. Didasarkan pada agama sejak kecil, Iqbal mulai intens
berkonsentrasi pada studi Islam, budaya dan sejarah peradabana Islam dan masa
depan politiknya. Dalam bidang politik beliau aktif di Liga Muslim, beliau
merupakan kritikus dari mainstream Nasional Kongres India, yang didominasi oleh
agama Hindu dan pada tahun 1920 beliau kecewa Liga karena telah terserap fraksi
yang membagi antara kelompok pro Inggris dan kelompok moderat.
Karya
puitis Iqbal di Persia lebih utama daripada Urdu. Diantara 12000 ayat-ayat
puisinya, sekitar 7000 ayat ini dalam bahasa Persia. Pada tahun 1915, beliau
menerbitkan puisi pertama, Asrar-e-Khudi (Rahasia Diri) di Persia. Dalam puisi
tersebut Iqbal menjelaskan filosofi “khudi” atau “Diri” penggunaan istilah itu
identik dengan kata “Rooh.” Dalam karyanya “Petunjuk Sifat Tidak Mementingkan
Diri,” Iqbal berusaha untuk membuktikan cara hidup Islam merupakan kode etik
terbaik untuk kelangsungan hidup suatu negara. Karya Iqbal di tahun 1932, Javed
Nama ditunjukkan untuk putranya. Karya beliau yang diterbitkan dalam bahasa
Urdu yakni Bang-e-Dara pada tahun 1924, merupakan kumpulan puisi yang ditulis
oleh beliau dalam tiga tahap yang berbeda dalam hidupnya.
Berikut
ini karya-karya beliau dalam prosa buku seperti Ilm ul Iqtisad – 1903,
sedangkan buku puitis dalam bahasa Persia seperti Asrar-e-Khudi di tahun 1915,
Rumuz-e-Bekhudi di tahun 1917, Payam-e-Mashriq di tahun 1923, Zabur-e-Ajam
tahun 1927, Javid Nama di tahun 1932, Pas Cheh Bayed Kard ai Aqwam-e-Sharq di
tahun 1936, dan Armughan-e-Hijaz (Persia-Urdu) di tahun 1938. Sedangkan dalam
bahasa Urdu seperti, Bang-e-Dara di tahun 1924, Bal-e-Jibril tahun 1935 dan
Zarb-e-Kalim di tahun 1936. Bukunya dalam Bahasa Inggris seperti Perkembangan
Metafisika di Persia tahun 1908 dan Rekontruksi Pemikiran Agama dalam Islam
tahun 1930.
3. Kematiannya
Setelah
kembali dari perjalanan ke Spanyol dan Afghanistan, Muhammad Iqbal mulai
menderita penyakit tenggorokan misterius pada tahun 1933. Setelah menderita
penyakit selama berbulan-bulan Iqbal meninggal pada tanggal 21 April 1938. Makamnya
terletak di Hazuri Bagh, kebun tertutup antara pintu masuk masjid Badshahi dan
Benteng Bahore, dan penjagaan resmi oleh Pemerintah Pakistan. Kelahiran beliau
setiap tahun dirayakan, bahkan menjadi hari libur nasional di Pakistan.
I.
Sir
Ahmad Khan
1. Biografi
dan Pendidikannya
Beliau merupakan tokoh pembaharu kedua di negeri
India setelah Syah Waliyullah. Beliau juga dikenal sebagai tokoh yang
mengembangkan dan menyempurnakan lebih jauh ide-ide Waliyullah. Beliau lahir
pada tanggal 17 Oktober 1817 di Delhi. Keluarganya dikatakan telah bermigrasi
dari Haerat pada zaman kaisar Akbar. Banyak generasi keluarganya sejak itu
sangat berhubungan dengan pemerintahan Mughal. Ibu Kakeknya Khwaja Fariduddin
menjabat sebagai wazir di istana Shah Akbar II. Ayah Sir Syaed Mir Muhammad
Muttaqi secara pribadi dekat dengan Shah Akbar II dan menjabat sebagai
penasihat pribadi. Ibunya memainkan peran formatif dalam hidup Sir Syed,
membesarkannya dengan disiplin kaku dengan penekanan kuat pada pendidikan. Dia
menerima pendidikan tradisional untuk kaum bangsawan Muslim di Delhi. Sir
Syed merintis pendidikan modern bagi komunitas Muslim India dengan mendirikan
Muhammad Anglo-Oriental College, yang kemudian dikembangkan menjadi Universitas
Muslim Aligarh.
Lahir
menjadi bangswan Muslim, Sir Syed mendapatkan reputasi sebagai seorang sarjana
terkemuka saat bekerja sebagai ahli hukum untuk British East India Company.
Selama Pemberontakan India tahun 1857.
2. Karir
Serta Kematiannya
Reformasi sosial dalam masyarakat Islam telah
dimulai oleh Abdul Latif. Beliau mendirikan “Masyarakat Sastra Islam” di
Bengal. Ia menentang kebodohan, takhayul, dan kebiasaan jahat yang lazim di
masyarakat Muslim. Dengan tegas beliau percaya bahwa masyarakat muslim tidak
akan maju tanpa akuisis pendidikan barat dan ilmu pengetahuan. Setelah mengakui
penurunan mantap dalam kekuasaan Mughal politik, Sir Syed memasuki British East
India Company. Pada 1858, beliau diangkat ke pos tingkat tinggi di pengadilan
di Muradabad, di mana beliau mulai bekerja yang paling terkenal di karya
sastra.
Berkenalan dengan pejabat tinggi Inggris, Sir Syed
diperoleh pengetahuan dekat tentang politik kolonial Inggris selama
pelayanannya di sebuah pengadilan.pada pecahnya pemberontakan India, pada 10
Mei 1857, Sir Syed bertugas sebagai petugas penilaian kepala pengadilan di
Bijnor. Sir Syed secara pribadi terpengaruh oleh kekerasan dan berakhirnya
dinasti Mughal. Beliau dan Muslim lainnya menganggap hal ini sebagai kekalahan
masyarakat muslim. Beliau kehilangan kerabat dekat beberapa yang meninggal
dalam kekerasan. Meskipun beliau berhasil menyelamatkan ibunya dari kekacauan,
Sir Syed meninggal di Meerut, karena adanya hak milik pribadi yang ia alami. Sepanjang
hidupnya Syed Ahmad menemukan waktu untuk pencarian ilmu dan ilmiah. Ruang
lingkup sastra dan karya ilmiahnya sangat luas: sejarah, politik, arkeologi,
jurnalisme, sastra, agama, dan sains. Ruang lingkup tulisan utamanya memang
luar biasa, sebagian terdaftar sebagai berikut :
Hukum Bekerja
a)
UU
No. 10 (Stamp Act) 1862.
b)
UU
No. 14 ( Batasan) Undang-Undang 1959-1864.
c)
UU
No. 16 (Mengenai Pendaftaran Dokumen) – Allygurh 1864
Karya Agama
a)
Ahkam
Ahl Tu’am-Kitab, Kanpur, 1868
b)
Al-Du’a
wal Istajaba, Agra, 1892
c)
Al-Nazar
Fi Ba’z Masa’il Imam Al-Ghazali di Agra
d)
Izalat
ul-Rantai sebagai Zi’al Qamain, Agra, 1889
e)
Zila
al-Qulub ba Zikr al-Mahbub, Delhi, 1843
f)
Dll.
BAB III
PENUTUP
A.Kesimpulan
Dari penjelasan di atas
mengenai sembilan tokoh pembaharuan Islam mulai dari biografi mereka hingga
karya-karya mereka, dapat kita simpulkan bahwa tujuan mereka adalah untuk
memurnikan kembali ajaran-ajaran Islam dan membawa Islam ke ajaran yang modern
tetapi tetap sesuai dengan ajaran yang terkandung dalam Al Qur’an dan Hadits.
Walaupun mereka dalam bidang yang berbeda-beda, tapi tujuan mereka tetap sama.
Dan paham yang mereka
anut berbeda-beda tetapi tetap satu tujuan. Tidak mudah untuk membangun Islam
kembali saat mengalami kemunduran di zaman itu, dengan kehadiran mereka, dengan
pemikiran-pemikiran mereka Islam dapat bangkit dan berubah, murni lagi sesuai
dengan ajaran Al Qur’an dan Hadits.
Oleh karena itu, dengan
mengetahui biografi mereka, diharapkan kita dapat mengenang serta melanjutkan
cita-cita mereka yang belum terwujud untuk umat Muslim di dunia.
B. Saran
penyusun
menyarankan setelah membaca makalah ini, pembaca dapat mencontoh perilaku dan
pemikiran dari para tokoh tersebut. Serta dapat menjadi penerus atau khalifah
selanjutnya bagi seluruh umat muslim. Penyusun juga menyarankan kepada
narasumber, agar memberikan lebih informasi tentang tokoh-tokoh diatas, agar
tidak terjadi kesalahpahaman tentang biografi mereka.
DAFTAR PUSTAKA
http://www.filsafatislam.com/filsafat-islam/filsafat-islam-ibnu-taimiyah-ketokohan-dan-pemikiran (diakses pada tanggal 31 Maret
2012)
http://muhtarom84.blogspot.com/2009/12/pembaharuan-di-india-pakistan-sayyid.html (diakses pada tanggal 31 Maret
2012)
Kamal
Pasha, Mustafa. 2009. Muhammadiyah Sebagai Gerakan Islam. Yogyakarta: Pustaka
SM.
http://noerhayati.wordpress.com/2008/06/02/tokoh-tokoh-islam/ (diakses pada tanggal 31 Maret
2012)
www.wikipedia.com
(diakses pada tanggal 30 Maret 2012)
TOKOH-TOKOH PEMBAHARUAN
DALAM ISLAM
Diajukan
Untuk Memenuhi Persyaratan Mata Kuliah AIKA 4 Kelas A4
UNIVERSITAS
MUHAMMADIYAH TANGERANG
Disusun
Oleh:
Nama :
Ayustira Setiawati
NIM :
10.88 – 203.145
Dosen :
Zulkifli, M.pd
Semester/Prodi
: 4/ Bahasa Inggris
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH TANGERANG
Jl.
Perintis Kemerdekaan I/33 Cikokol Tangerang
|
KATA
PENGANTAR
Alhamdulillah
penulis sampaikan kepada Allah SWT. yang telah memberikan begitu banyak rizki
dan hidayah-Nya kepada kita semua. Shalawat serta salam selalu kita panjatkan
kepada junjungan kita Nabi Muhammad SAW., sebagai Rahmatan lil alaminyang telah
membawa umat manusia dari jalan kegelapan menuju kehidupan yang mendapat sinar
ifahi.
Alhamdulillah
malakah ini dapat diselesaikan semata-mata atas kehendak-Nya dan rahmat cinta
kasih-Nya yang berlimpah. Rasa syukur kami atas kemurahn-Nya karena telah
diberi kesempatan untuk menyelesaikan makalah ini.
Penyusun
menyadari bahwa dalam penyusunan makalah ini masih banyak kekurangan, oleh
sebab itu penyusun sangat mengharapkan kritik serta saran yang membangun. Dan
semoga dengan selesainya makalah ini dapat bermanfaat bagi teman-teman. Amin
………
Tangerang,16 April 2012
(Penyusun)
i
|
DAFTAR
ISI
KATA PENGANTAR ... i
DAFTAR ISI .................................................................................. ii
BAB
I PENDAHULUAN
A.
Latar Belakang ......................................................................................
1
B.
Tujuan Penulisan
1
C.
Metodologi
Penulisan ...........................................................................
1
D.
Sistematika
Penulisan.................................................................................
2
BAB
II TOKOH-TOKOH PEMBAHARUAN ISLAM
A.
TAQIYUDDIN
IBNU TAIMIYAH......................................................
3
B. Muhammad bin Abdul
Wahab ............................................................
5
C. Muhammad Abduh ..................................................................................
7
D.
Jamaluddin
Al-Afghani ...........................................................................
9
E.
Rasyid
Ridha ...........................................................................................
10
F. Shah Waliullah 11
G. Sayyid Amir Ali
14
H.
Dr.
Muhammad Iqbal ...........................................................................
17
I. Sir Ahmad Khan...........................................................................................
18
BAB
III PENUTUP
A.
Kesimpulan ...........................................................................................
21
B. Saran .....................................................................................................
21
ii
|
Tidak ada komentar:
Posting Komentar